Penelitian ini merupakan praeksperimen dengan rancangan one group pre test-post test design untuk mengetahui apakah ada pengaruh aromaterapi inhalasi terhadap penurunan nilai kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi. Teknik sampel yang digunakan yaitu Non Probability Sampling dengan pendektan tehnik Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara diukur dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dengan Score (0-56). Hasil data dianalisis dengan menggunakan uji t-test yaitu sample paired t-test untuk mengetahui adanya perbedaan nilai kecemasan sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi dengan tingkat kepercayaan 95% (= 0,05).
Hasil
Didapatkan rata -- rata nilai kecemasan sebelum dilakukan pemberian aromaterapi inhalasi pada pasien gagal ginjal kronik yaitu dengan nilai rata-rata 37.15 dengan standart deviasi 5.942, dan nilai rata-rata sesudah yaitu 19.08 dengan standart deviasi 2.875. Perbedaan rata -- rata nilai kecemasan sebelum dan sesudah yaitu dengan nilai rata-rata 28.115 dengan standart deviasi 4.4085. Menunjukkan bahwa perbedaan nilai rata-rata antara pengukuran sebelum dan sesudah 18.000 dengan standart deviasi 4.163. Berdasarkan hasil Uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 dimana nilai p lebih kecil dari nilai = 0,05 maka dapat disimpulkan hipotesis diterima yaitu ada pengaruh aromaterapi inhalasi terhadap penurunan nilai kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam tahun 2018.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di RS Grandmed pada tahun 2019 menunjukkan bahwa sebelum aromaterapi inhalasi diberikan, nilai rata-rata kecemasan pasien adalah 37.15 dengan deviasi standar 5.942. Aromaterapi inhalasi, yang merupakan metode aromaterapi eksternal tanpa sentuhan, dapat dilakukan melalui inhalasi langsung dan tidak langsung. Ketika pasien menghirup aroma lavender, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem saraf pusat, merangsang saraf olfaktori, dan meningkatkan konsentrasi monoamine, yang membantu merilekskan sistem saraf dan mengurangi kecemasan. Hasil penelitian di RS Grandmed pada tahun 2018 setelah pemberian aromaterapi inhalasi menunjukkan penurunan nilai rata-rata kecemasan menjadi 19.08 dengan deviasi standar 2.875. Data ini diperoleh melalui observasi dan wawancara, serta analisis statistik menunjukkan hasil signifikan dengan nilai p = 0.001, yang berarti hipotesis diterima bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi inhalasi terhadap penurunan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Aromaterapi lavender terbukti efektif dalam merilekskan pasien dan menurunkan kecemasan, serta memberikan manfaat untuk perbaikan mood dan peningkatan gelombang alpha yang mendukung kreativitas dan relaksasi. Kandungan utama dalam bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool, yang berkontribusi pada efek menenangkan. Setelah menghirup aromaterapi lavender, molekul aroma masuk melalui saluran pernapasan dan mempengaruhi sistem limbik, pusat emosi di otak, sehingga menciptakan perasaan tenang yang membantu pasien menghadapi stres dan meningkatkan koping adaptif terhadap kondisi mereka.
Kesimpulan
Aromaterapi inhalasi dapat dijadikan sebagai terapi alternatif dan komplementer untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien gagal ginjal kronik selama menjalani hemodialisis, serta untuk meminimalkan efek samping dari terapi farmakologi. Disarankan agar pasien dapat menerapkan aromaterapi ini secara mandiri saat mengalami kecemasan selama proses hemodialisis, karena metode ini mudah diaplikasikan dan sangat bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H