Siapa pribadi di balik eksekusi pancung Ibu Ruyati? Dia adalah seorang algojo yang khusus menebas batang lher sang terhukum. Kehidupan mereka jarang terungkap. Salah seorang dari mereka adalah Muhammad Saad al-Beshi. Pria 50 tahun ini merupakan algojo andal yang dipekerjakan secara khusus oleh pemerintah Arab Saudi. Al Beshi sang algojo yang sederhana sayang keluarga dan dianggap biasa oleh masyarakat sekitarnya sumber
Beshi mengaku bangga dengan pekerjaannya itu. Dia menjadi eksekutor sejak tahun 1988. Ia tak takut sama sekali melakukannya yaitu memnggal kepala para terpidana mati, tak terkecuali wanita.
“Saya memang menentang kekerasan terhadap perempuan. Namun, jika semua perintah (pemenggalan) datangnya dari Tuhan, saya harus melaksanakannya. Saya bangga bisa melakukan pekerjaan untuk Tuhan,” kata Beshi yang dikutip harian Arab News. "Kadang mereka menyuruh saya menggunakan pedang, kadang pula dengan senjata api. Namun, seringkali saya memakai pedang,” tambahnya ringan.
Sehari Memenggal 10 Kepala Beshi harus memborgol dan menutup mata tahanan yang menghadapi hukuman mati. Pernah, dalam sehari ia memenggal 10 kepala terpidana mati. PAda awal jadi algojo ia mengakui sangat gugup. Pasalnya, banyak orang yang menyaksikan eksekusi itu. Namun, kini Beshi telah mampu mengatasi “demam panggung”-nya. Meski menjadi penebs leher terkemuka di negaranya, Beshi tetap orang biasa. “Saya tetap memiliki banyak saudara dan teman. Saya juga memiliki kehidupan normal seperti kebanyakan orang. Tidak ada masalah dengan kehidupan sosial saya,” tegasnya. Pedang yang digunakannya merupakan hadiah dari pemerintah Arab Saudi. Tak lupa ia selalu mengasah mata pedangnya agar tetap tajam. Bahkan anak-anaknya selalu membantunya membersihkannya. “Saya sudah sangat bangga bisa menjalankan perintah Tuhan,” tandasnya. <<<<<< (ada iklan pak Rudy, dibeli ya) Sebelum melaksanakan tugasnya, Beshi selalu menemui keluarga korban kejahatan, dan meminta agar mereka memaafkan si terpidana. Dan ketika berada di tempat eksekusi, satu-satunya pembicaraan Beshi dengan terpidana hanyalah permintaan Beshi agar si terpidana terus membaca kalimat syahadat sampai detik-detik terakhir sebelum dipenggal. “Ketika masuk ke dalam ruang eksekusi, ketabahan para tahanan seolah menjadi runtuh. Lalu saya membaca perintah eksekusi dan begitu ada tanda, saya menebas kepala terpidana,” katanya. Beshi menyiapkan penerusnya dalam menjagal manusia. Ia tengah melatih putranya untuk menjadi seorang algojo. Biasanya latihan yang dijalankannya adalah bagaimana cara memegang pedang dan tempat di mana mengayunkan mata pedang ke sasaran. Tak jarang ia juga harus melakukan amputasi tangan atau kaki terpidana yang terbukti mencuri. Potong tangan, memotong tepat di sendi “Saya biasa menggunakan pisau khusus yang sangat tajam untuk amputasi itu, bukan pedang. Ketika mengiris, saya memulainya dari tulang sendi tangan agar mudah,” katanya. Meski terkesan horor namun Beshi memiliki kehidupan yang normal. Ayah dari tujuh anak ini mengaku sebagai sosok pria rumahan dan penyayang. Sang istri tidak mempermasalahkan pilihan profesinya. Ia hanya menyuruhnya untuk selalu berhati-hati . Beshi seorang ayah yang lembut dari tujuh anak. Istrinyapun tak merasa takut dengan profesi sang suami. “Keluarga saya penuh kasih sayang dan cinta. Mereka tidak takut meski saya baru pulang dari eksekusi. Bahkan mereka membantu saya membersihkan pedang,” tuturnya. (disadur ulang dari sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H