Macet 17 km selama berhari-hari, kebayang kan kesulitan mereka
Betapa mulia hati ibu-ibu warga perumahan Puri Karakatau Cilegon itu. Di tengah kesulitan menyebrang yang dialami ratusan awak truk yang mengantre di dalam jalan Tol Merak, mereka membagikan nasi bungkus demi rasa kemanusiaan. nasi bungkus tersebut dilakukan atas inisiatif puluhan wanita dari Majelis Taklim dengan memberi bantuan 1.500 nasi bungkus ke ribuan awak truk "Kami membagi-bagikan nasi bungkus, makanan ringan dan air mineral cuma-cuma setelah kami mendengar ada sejumlah supir dan kernet truk yang antre di dalam jalan tol dan hendak menyeberang ke Bakauheni, Lampung, kelaparan," kata warga RT 19 RW Perumahan Puri Krakatau Hijau, Wahyu, seperti yang diberitakan Media Indonesia, Pos Kota dan Republika. "Tadi pagi memang saya mengumumkan ke semua warga perumahan sebanyak 300 Kepala Keluarga (KK), dan meminta satu KK paling sedikit menyumbangkan lima bungkus. Alhamdulillah, terkumpul tidak kurang dari 1.500 bungkus", ungkapnya. Warga Perumahan Puri Krakatau Hijau, Grogol, juga mengaku prihatin dengan kondisi para supir dan kernet yang mengantre di dalam Tol Merak. "Saya nggak kebayang mereka terjebak di dalam tol dan susah untuk melakukan aktifitas lainnya seperti mandi dan makan. Kalau mereka yang antre di luar tol sih enak, bisa cari makan di warteg atau rumah makan yang ada di sekitar antrean truk," kata seorang warga. Supir truk terpaksa jual HP dan mengemis Kondisi ini jelas makin menyengsarakan sopir truk. Beberapa dari mereka mengaku tak lagi memiliki uang untuk membeli makanan. Mereka kelaparan . Bahkan ada yang terpaksa bayar tol dengan menjual sejumlah barang. Seperti telepon seluler, dongkrak, dan ban serep. Ada yang ngutang sama pengurus truk, meski masih saja kurang untuk ongkos perjalanan hingga tujuan. Entis, 38, supir truk yang mengangkut gerabah dan akan dikirim ke Jamb mengaku, sudah dua hari tertahan di Cikuasa Atas dan belum bisa masuk pelabuhan. “Saya sebenarnya lelah dengan kondisi kemaceten di Merak, tapi bagaimana lagi,” ujar Entis mengeluh, ke Pos Kota. Yanto, 36, sopir truk kelontongan saat ditemui di jalur arteri Cikuasa Atas Pulomerak mengaku kehabisan uang sejak dua hari lalu. Ini membuatnya terpaksa mengemis kepada warga yang tinggal di sepanjang jalan arteri, untuk bisa bertahan mengantre. “Saya terpaksa mengemis untuk mendapatkan air minum atau makanan kecil dari warga atau warung-warung yang ada di sepanjang jalan. Kalau dibilang malu, ya malu lah, tapi nggak apalah yang penting selamat,” kata Yanto. Lamanya antrean di dalam tol memaksa untuk mengeluarkan uang lebih dari yang dianggarkan perusahaannya. “Jujur saja Mas, saya cuma dibekali uang oleh perusahaan sebesar Rp 500 ribu. Rp 300 ribu untuk biaya tol dan penyeberangan. Rp 200 ribu untuk biaya solar dan makan. Tapi uang makan saya sudah habis. Saya terpaksa meminjam uang kepada pengurus truk,” katanya. Mandi Rp 2000, kencing Rp 1000 Uang jalan telah habis untuk membeli makanan di sepanjang tol. Kemacetan selama berhari-hari ini dimanfaatkan warga untuk berjualan nasi uduk dan makanan-makanan lainnya. Bahkan, warga pun membuka kamar mandi umum untuk sopir tersebut. “Untuk mandi bayar Rp 2.000, sementara untuk kencing saja Rp 1.000. Yang jualan makan juga banyak, itu yang buat uang kami kebablasan,” akunya Sampai Jumat ini antrean masih berada di KM 92. Kapal yang beroperasi sampai dengan siang tadi sebanyak 23 kapal dengan pencapaian trip 77 dan telah berhasil mengangkut 2.536 truk. Mari kita jeli melihat keadaan sekitar kita. Satu dua nasi bungkus mungkin tak bernilai apa-apa bagi kita, tapi ada orang-orang di sekitar kita, dekat kita yang merintih kelaparan dan tak mampu mengusahakannya karena kesulitan keadaan.
Betapa banyak nikmat di diri kita yang tak tersadari. Mari kita berbagi dan bersyukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H