“ini huruf apa kak?”
“ini huruf M sayang....”
“berarti M dan A menjadi MA, lalu ini huruf apa kak?” tanya lagi
“itu kan sama dek, itu namanya huruf M juga,,,”
“o iya,,, M, terus ini huruf apa ya,,,,, kak ini huruf apa,,,,,,”
“itu kan sama dek, sama yang tadi,,,, itu huruf A, sama kayak yang tadi,” jawabku dengan nada sedikit keras, jengkel karena Ruby adikku masih sulit memahami huruf.
“mmmmm,,, MA,,,,,,,,,MA, ini bacanya MAMA ya kak,,,,”
“iya, sekarang ganti belajar nulis aja ya,,,” aku mencoba mencari cara lain mengatasi kejenuhan mengajarinya.
“ayo sekarang kamu coba nulis,,,”
“mmm nggak mau,,,,aku capek,,,,” jawabnya merengek
“kamu kan masih belum bisa membaca sama nulis, jadi sekarang ayo coba nulis,,,ibu memasak di dapur,,, ayo tulis!!!”
“nggak mau Kak,,, nggak ada contoh tulisannya??”
“nggak ada, ayo sekarang cepet tulis, biar tambah pinter,,,”
Ruby adikku mulai menulis, namun tulisan itu pun masih salah.
“ini bacanya apa Ruby? Tulisannya salah,,, ini huruf D bukan B, kalo kayak gini bacanya jadi IDU bukan IBU,,,”
“ya udah, aku nggak mau belajar lagi, aku mau main sama teman2 aja,,,” jawabnya sambil berlari meninggalkanku yang heran dengan tulisannya.
Adikku yang satu ini sulit sekali memahami apa yang didengarnya, berbeda dengan teman-teman sebayanya yang sudah lancar dalam membaca namun tidak dengan Ruby, adikku, seringkali aku melihat Ruby salah mengeja kata-kata, dan pelan sekali ketika membaca. Tak jarang dia menulis huruf terbalik-terbalik seperti huruf B terbalik menjadi huruf D, atau huruf M dia tulis menjadi huruf W. Membacanya pun sering salah.
Masalah ini ku ceritakan kepada sahabatku SMA, Erna yang sekarang kuliah jurusan Psikologi di Jakarta, hampir setiap hari kami saling bercerita kesibukan masing-masing, aku dengan jurusan pendidikanku dan Erna dengan jurusan psikologinya. Persahabatan kami langgeng karena Erna adalah teman yang baik, pendengar yang baik dan apa adanya.
“bisa jadi adik kamu itu disleksia Sya,,,,” kata Erna.
“masak sich,,,,,” jawabku
“iya semua yang kamu ceritakan itu sepertinya menunjukkan gejala disleksia seperti cara baca yang salah lamban dalam menulis, sulit mengingat urutan, seperti urutan abjad atau nama hari, kalo mengeja hurufnya ketukar-tukar, itu bisa jadi disleksia Sya,,,,” kata Erna
“emm,,, gitu yah, terus gimana dong Na cara mengatasinya,,,,,”
“kamu coba dengan cara-cara sederhana seperti membacakan buku yang menarik, supaya adikmu terbiasa dengan tulisan-tulisan, menyemangati dan mengajarinya dengan sabar, memang sich butuh waktu yang lama tapi cara ini bisa sedikit membantu,, terus jangan sampai kamu mencelanya ya nanti dia jadi minder, enggak pede,,,, ini kebiasaanmu nich,,,”
“haha,,, iya ya,,,, thanks ya Na,,,,”
“Oke cint,,,,,”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H