Pada suatu hari di sebuah hutan yang rindang. Terdapat Induk seekor buaya yang sedang mengerami telurnya. Setelah melewati pagi, siang, dan malam yang cukup panjang, akhirnya telur-telur tersebut mulai menetas satu-persatu. Â
  Induk buaya yang melihat telur-telurnya menetas sangat senang, karena penantiannya selama ini terbayarkan. Namun, Induk buaya sedih, karena banyak anaknya yang meninggal. Disisi lain, induk buaya juga senang masih ada 3 anak yang hidup.  Induk buaya pun memberi nama kepada masing-masing anaknya yaitu Bubu, Baba, dan Bobo. Â
  Bobo adalah anak terakhir dan memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Bobo terlahir tidak sempurna, ia memiliki kelainan di kulitnya. Â
Induk buaya "malang sekali nasib kamu nak, kamu terlahir berbeda dari saudarimu". Induk buaya sedih melihat anaknya yang terlahir cacat. Â
  Bulan demi bulan berlalu, Bubu, Baba, dan Bobo tumbuh besar. Â
"Hei, anak cacat. Ngapain kamu main disini, sana pergi! Aku gamau main sama kamu". Usir Bubu.
"Iya aku malu punya saudara cacat kaya kamu". Tambah Bobo dengan nada yang tidak kalah jahat. Â
Bobo yang mendengar perkataan dari saudaranya sangat sedih. Ia lalu pergi menyediri, berjalan dengan lesu masuk kedalam hutan. Â
"Kenapa sih, aku punya tubuh yang cacat. Aku capek dibenci orang lain. Aku juga ingin bermain sama Bubu dan Baba". Ucap Bobo sambil menangis.
  Bobo terus berjalan masuk ke dalam hutan yang sangat asri. Di dalam hutan ini, juga terdapat banyak teman-teman Bobo yang lain. Akan tetapi, Bobo memilih untuk menyendiri karena ia takut akan diejek lagi. Â
"Ahaha, lihat nih ada bobo yang malang" ejek kelinci. Â
"Kenapa? Apa aku gaboleh main disini?" Tanya Bobo. Â
"Gaboleh! ini itu tempat main yang bersih, nanti kalau  kamu ikutan main disini tempatnya jadi kotor". Usir Kelinci dengan jahat. Â
Bobo yang mendengar perkataan kelinci sangat sedih. Ia juga ingin bermain dengan teman-teman yang lain. Namun, hasilnya selalu sama. Ia akan diusir, karena mereka tidak mau tempat bermain mereka menjadi kotor. Â
Moni dan Tata yang melihat Bobo sedih berjalan menghampirinya. Â
"Halo Bobo, kamu kenapa? Kok sedih" ucap Moni. Â
"Kamu diusir lagi ya sama Bubu dan Baba?" tanya Tata. Â
"Iya, aku sedih. Mereka semua tidak mau bermain denganku" balas Bobo.
"Kata mereka, kalau aku bermain dengannya akan membuat tempat main jadi kotor"
Moni dan Tata kaget dengan pernyataan Bobo. Mereka kira selama ini, Bobo yang sombong karena tidak pernah mau diajak bermain dengan mereka. Tetapi mereka salah, justru Bobo yang menjadi bahan ejekan mereka. Â
"Sudah, kamu jangan menangis Bobo. Mulai hari ini dan seterusnya, kamu boleh bermain dengan kami" ucap Tata dengan gembira
"Kalian ga malu, bermain sama aku?" Tanya Bobo.
"Engga Bobo, kamu kan baik. Kamu juga ga seperti yang mereka bicarakan" ucap Moni.
"Iya betul apa kata Moni, mulai sekarang kita bertiga jadi teman ya Bobo" imbuh Tata. Â
"Terimakasih Moni, Tata. Aku senang bisa bermain sama kalian" balas Bobo dengan riang.
  Bobo yang selama ini tidak mempunyai teman, akhirnya ada Moni dan Tata yang mau berteman dengan Bobo. Bobo sangat senang, ia bisa bermain dengan teman-temannya. Ia tidak akan pernah merasa kesepian lagi. Â
  Keesokan harinya, Bobo, Moni, dan Tata pergi bermain di tepi sungai. Mereka bertiga akan berenang di sungai tersebut.Â
"Gimana kabar kamu hari ini Bobo, apakah Bubu dan Baba masih gamau temenan sama kamu?" Tanya Moni.Â
"Iya, mereka bahkan tidak pernah mengajak aku berbicara" balas Bobo.
"Udah gausah sedih, kan  sekarang kita mau main. Kamu ga perlu sedih lagi Bobo, aku sama Moni kan temen kamu sekarang" ucap Tata.
"Iya bener itu" tambah Moni. Â
  Setelah berjalan jauh, akhirnya mereka telah tiba di tepi sungai. Akan tetapi, disaat mereka ingin berenang disana, Bobo mendengar suara teriakan minta tolong. Â
"Tunggu, kalian dengar tidak, ada suara minta tolong di seberang sana" ucap Bobo sambil menunjuk tempat asal suara. Â
"Iya aku juga dengar" balas Moni.
  Setelah berbincang cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk melihat apa yang terjadi disana. Terlihat Bubu dan Baba sedang kesusahan untuk berenang ke tepi sungai karena mereka hanyut dibawa oleh arus sungai yang deras. Mereka berusaha bertahan ditengah derasnya air sungai, dengan sebatang kayu besar bekas tumbangan pohon. Â
Bobo terlihat khawatir, karena melihat saudaranya yang akan hanyut. Â
"Bobo, Bobo.... tolong kami, kami terjebak disini" ucap Baba dan Bubu bersamaan. Â
  Moni dan Tata yang mengetahui sikap Baba dan Bubu selama ini tidak baik ke Bobo, melarang Bobo untuk membantunya. Â
"Jangan Bobo, mereka sudah jahat sama kamu" ucap Moni. Â
"Iya biarin aja, mereka hanyut" timpal Tata. Â
" Tidak meskipun begitu, mereka tetap saudara aku. Aku harus menolong mereka" balas Bobo.
  Akhirnya Moni dan Tata memutuskan untuk membantu Bobo yang akan  menolong mereka. Mereka menggunakan tali bekas yang terdapat di sungai, untuk menarik mereka. Moni melempar tali ke arah Bubu dan Baba. Â
"Tangkap ya"
HAP...
  Bubu dan Baba berhasil menangkap tali tersebut menggunakan kedua giginya. Â
"Hitungan ketiga, kalian tarik bersama ya" ucap Bobo.
  Moni dan Tata mengangguk sebagai balasan, begitupun Bubu dan Baba. Â
"1..2..3... Tarik....." perintah Bobo.
"aaaaa..." ucap Tata yang menarik dengan susah payah.
"hiyaaa.." balas Moni juga tak kalah kuat. Â
  Setelah begitu lama, akhirnya Bubu dan Baba berhasil terselamatkan. Â
Huh..... Â
"Terimakasih ya Bobo sudah menyelamtkan kami" ucap Bubu yang tampak bersalah setelah apa yang ia lakukan selama ini terhadap Bobo.
"Iya, kami juga minta maaf ya Bobo. Selama ini kami sudah keterlaluan ke kamu" Â
"Iya sama-sama. Aku seneng kok kalian sudah mau berteman sama aku, aku juga sudah maafin kalian" balas Bobo. Â
"Makanya kalian gaboleh jahatin Bobo lagi, lihat ketika kalian kesusahan, siapa yang tolong kalian? Bobo kan" ucap Moni dengan kesal. Â
"Iya, kami ngerti kami salah" balas Bubu dan Baba bersamaan. Â
  Sejak saat itu Bobo, Baba, dan Bubu sudah menjadi saudara yang sebenarnya. Tidak ada lagi yang mengejek Bobo, mereka juga berteman dengan Moni dan Tata. Akhirnya mereka menjadi sahabat sejati untuk selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H