"Good design begins with honesty, asks tough questions, comes from collaboration and from trusting your intuition," demikian ucap Freeman Thomas, seorang desainer mobil yang telah bekerja untuk Porsche, Volkswagen Group, DaimlerChrysler, dan Ford.
Ada kata kunci kolaborasi yang patut digarisbawahi dalam penggal kalimat tersebut. Melalui kolaborasi, sebagai ilustrasi sederhana, 1 + 1 tidak lagi menghasilkan 2. Melainkan lebih, bahkan mungkin melebihi apa yang bisa Anda bayangkan.
Perihal kolaborasi, sungguh menarik apabila kita menyimak unggahan di kanal YouTube milik Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. di bawah tajuk Kolaborasi, Cara Baru dalam Berkarya, beliau berbicara panjang mengenai topik ini.
Mengikis Egoisme
Perkembangan zaman memperkenalkan kita pada model-model relasi yang kian menemukan pola-pola yang related dengan kekinian. Mungkin bukan sesuatu yang benar-benar baru, tetapi dulunya kita memiliki cukup alasan untuk enggan menjadikannya pilihan.
Dalam uraian, disebutkan faktu yang cukup membuat kita tertohok. Kita bisa saja membuat pilihan untuk berjalan sendiri. Pilihan tersebut bisa menjadikan kita "egois", ini demi agar kita bisa menjadi yang terdepan.
Namun demikian, untuk saat ini, justru kolaborasilah yang sangat dibutuhkan untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih besar. Menggunakan semua sumber daya yang ada untuk saling berbagi, niscaya akan memberi hasil yang jauh lebih optimal.
Menurut Rhenald Kasali, kolaborasi menjadi penting disebabkan dua hal berikut. Pertama, berkaca dari batas-batas yang ada dalam suatu perusahaan, sudah semakin blur atau hilang.
“Supply chain tidak terbatas hanya pada sesuatu yang dikuasai perusahaan, tetapi sudah sangat terbuka sehingga antarperusahaan menggunakan kolaborasi,” ujarnya. Bahkan resources bisa diambil dari beragam tempat di seluruh dunia.
Kedua, faktor pandemi yang memaksa banyak orang harus bekerja di luar perusahaan (Work from Home). Work from Home, Learn from Home, membuat manusia kehilangan spirit awalnya.