Spirit juang berkonten Mamamimi tidak lahir di era ini, sekalipun pengertian mengenai Kreator Konten kerap dikungkung oleh definisi sempit sebagai pembuat konten di era digital.
Sejak kapan Kreator Konten eksis? Mungkin sejak The Flinstones berjaya. Serial kartun yang tayang 1960-1966 ini bercerita tentang kehidupan di zaman batu. Di sana, ada koran batu.
Atau, tatkala Obelix, sohib Asterix, masih berantem dengan garnisun Romawi di tahun 50 SM. Karakter di komik Prancis ini adalah kreator menhir--pahatan batu berbentuk bulat-panjang untuk pemujaan arwah.
Colleen Christison menulis, "... as a practice, content creation has been around for much, much longer. Journalists, painters, and sculptors all fall into the 'content creator' category. The cavemen who made pictographs on the walls of their caves were, essentially, the world's first content creators. You could call them Stone Age Influencers."
Saya lebih menganut pengertian luas tentang Kreator Konten. Juga media untuk berkarya. Dan, saya suka membagi media dalam empat kategori.
- Media Aras Utama kerap disebut media tradisional (koran, majalah, TV, radio), untuk membangun portfolio. Kita bisa menulis opini, artikel, reviu buku, dan karya kreatif berupa cerpen dan puisi.
- Media Daring (web, blog) adalah sarana melakukan feeding konten untuk mesin pencari.
- Media Sosial (Facebook, Instagram, TikTok, YouTube, dll) untuk membangun awareness dan engagement.
- Media Ulasan (TripAdvisor, Google Local Guides) untuk membangun reputasi destinasi atau entitas bisnis.
Keempatnya membuka kontribusi dari Kreator Konten.
My Milestone My Adventure
Tanpa bermaksud menyetarakan diri dengan Ade Andresti, saya menyimpan kisah yang membekas dalam perjalanan berkonten. Pada masa itu, lahir dan besar di kota sekecil Donggala, Sulawesi Tengah, apa yang bisa dilakukan?
Donggala terletak 34 km dari Palu, ibukota provinsi. Sisi depan, laut. Di belakang, perbukitan dan gunung. Media yang ada, radio dan TV. Koran dan majalah yang minim, terhenti di Palu.
Suatu ketika saya mendapatkan majalah Bobo. Saya membaca berulang dan memperlakukannya sebagai barang mewah. Kemudian tersbersit keinginan menjadi mengirimkan konten.
Di rubrik kiriman gambar, ada peluang redaksi menerima karya. Saya pun tekun menggambar dan mengirimkannya melalui pos.