Bagian kedua, selalu ada hidangan buah-buahan. Ternyata, ada buah yang memang wajib dihadirkan sesuai dengan makna yang diusung. Dalam perbincangan, disebut-sebut bahwa jeruk misalnya, adalah buah yang melambangkan keberuntungan. Sementara apel adalah buah yang menyimbolkan keselamatan.
Namun sajian ini di kota Donggala kala itu tidaklah demikian. Dalam keterbatasan, keluarga saya hanya menghadirkan apa yang ada di sana. Misalnya, hanya ayam yang menjadi pilihan karena bebek bukan santapan umum.
Demikian juga dengan buah-buahan, sesuai dengan kondisi yang ada di sana pada saat itu. Yang saya ingat, jeruknya kecil-kecil. Sementara apel, masih terasa mustahil karena hanya ada di pulau Jawa. Jauh berbeda dengan kota-kota modern di Jawa.
Kebutuhan lauk dan buah-buahan untuk sembahyangan atau merayakan Imlek, pada masa kini, tidak lagi menjadi persoalan yang pelik. Dengan mudah kita jumpai bukan hanya di toko buah besar, melainkan juga di "jalan menuju rumah kita".
Untuk lauk, bisa dibeli di resto-resto favorit, tinggal pilih mana yang paling lezat. Demikian juga untuk buah-buahan, kini tersedia dengan kualitas sangat baik. Berbagai buah pilihan tepercaya tidak memusingkan kita dalam memilihnya.
Untuk urusan terakhir ini, terasa mudah untuk didelegasikan atau menitipkan ke orang lain untuk membelinya. Tinggal menyebutkan "tolong belikan yang Sunpride, ya" maka perhatian kita bisa dialihkan untuk mengurusi yang lain. Tidak dibutuhkan waktu dan pikiran untuk beremeh-remeh soal mutu, sebab hanya itu satu-satunya pemegang sertifikat GAP.
Perhatian kita selebihnya adalah yang jauh lebih asyiknya. Apa itu? Menyiapkan angpoa bagi yang telah menikah untuk diberikan kepada anak atau ponakan-ponakan. Dan, menyiapkan hati yang berdebarkan untuk menerima angpao.
Urusan ini cukup menarik. Pertama-tama adalah mencari amplop-kecil-merah yang menarik untuk dibeli. Desainnya sangat variatif dan memukau mata. Namun, kita harus berhati-hati. Apalagi menggunakan yang menampilkan shio, jangan sampai tertukar shio lama karena amplopnya stok lama.
Lainnya? Tak kalah serunya adalah memburuh uang baru untuk angpao. Mengapa? Sejak Bank Indonesia (BI) tak lagi melayani penukaran uang, maka kita harus berburu ke bank-bank terutama di mana kita adalah bagian dari nasabahnya.
Uang untuk angpao harusnya elok, oleh karena itu menggunakan uang baru adalah sepantasnya demikian. Selain itu, sekadar tips ala saya, gunakan uang pecahan seratus ribu. Ups, ada apa ini? Sederhana saja: sebab warnanya merah. Kan Imlek adalah momentum bermerah-merah sebab melambangkan hoki. Akur?
Begitulah sekilas pintas. Kisah bagian terakhir ini menjadi keseruan saya sebab saya kan sudah menikah. Sudah saatnya berbagi angpao. Hiks, tidak lagi dalam posisi menerima. Namun, percayalah, baik dalam status menerima maupun memberi, sama-sama teramat membahagiakan.