Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sound of Borobudur, Gerakan untuk Bangsa dan Bangsa-bangsa

3 Juli 2021   02:05 Diperbarui: 4 Juli 2021   07:59 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padma Swargantara, ikon Sound of Borobudur

Sang neonatus Sound of Borobudur itu, kini telah menjelma sosok remaja. Titimangsa pekan lalu (24 Juni 2021) seolah tanda hitung bagi usianya untuk memasuki fase akil balig. Balkondes Karangrejo di kawasan Borobudur menjadi saksi. Itulah perayaan yang menggaungkan Borobudur Pusat Musik Dunia yang mengibarkan decak Wondertul Indonesia!

Musisi berasal dari 10 negara dan para pakar dari berbagai latar keilmuan dan kompetensi, mempertebal lanskap pencapaian Sound of Borobudur sebagai sebuah gerakan yang melampaui sekat-sekat bangsa.

Konferensi internasional itu menyandang tajuk "MUSICoverNATIONS: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik". Digelar hybrid, daring dan luring, event ini berhasil menghadirkan para tokoh dengan kiprah karya yang tak diragukan--akademisi, praktisi, dan etnomusikologi.

Acara yang disiarkan melalui Zoom dan kanal YouTube Harian Kompas, Sound of Borobudur, dan Kemenparekraf ini dibuka dengan serangkaian sambutan dan penguatan atas gerakan ini. Turut berbagian adalah Menparekraf Sandiaga S Uno, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Pengampu Utama Yayasan Padma Sada Svagantara Purwa Tjaraka.

Sesi Pertama, menjadi ajang untuk merangkai kembali keterhubungan antarbangsa melalui alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur. Tiga penyampai materi didahului oleh Prof. Emerita Margaret Kartomi, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia.

Lalu, tampil maestro musik Addie MS--sosok yang tak lain adalah pendiri Twilite Orchestra, dengan kompetensi teruji sebagai pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan produser musik.

Kesempatan ketiga diisi oleh Tantowi Yahya, yang mengibarkan Wonderful Indonesia melalui musik di kawasan Pasifik. Diplomasi musik menjadi langkah strategis Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands, dan Niue; dan Duta Besar Keliling untuk Wilayah Pasifik ini.

Paparan Sesi Pertama bisa Anda nikmati secara lengkap melalui video YouTube di bawah ini:


Sesi Kedua, mengupas tentang bagaimana membangun Sound Destination sebagai destinasi baru, dan mengimplementasikan Borobudur sebagai warisan yang harus dikerjakan oleh berbagai pihak.

Diskusi paruh kedua ini menyajikan paparan dari Prof. DR. M. Baiquni MA--seorang pakar geografi pembangunan, pendiri Sustainable Tourism Action Research Society, dan mantan Ketua Program Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pakar kedua yang berbicara adalah Dr. Muhammad Amin, S.Sn., M.Sn, MA. Beliau adalah akademisi sekaligus birokrat. Saat ini memangku jabatan di Kemenparekraf sebagai Direktur Musik, Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan.

Dua diskusi terakhir menghadirkan Moe Chiba sebagai Representative UNESCO. Beliau menyampaikan perspektif lembaga tersebut terhadap Borobudur beserta harapan-harapan ke depannya. Disusul penyampaian Sulaeman Shehdek selaku Representative VITO Singapura. VITO adalah  Visit Indonesia Tourism Officer, seseorang dengan tugas khusus mempromosikan dan mendorong datangnya turis ke Indonesia.

Paparan Sesi Kedua bisa Anda nikmati secara lengkap melalui video YouTube di bawah ini:


Premis "Padma Swargantara"

Usai rangkain Puja Bekti yang membuka konferensi tersebut, alun nada-nada "Padma Swargantara", mengalun menyertai latar visual gerak siluet panorama Candi Borobudur. Tayangan ini memiliki daya magis seolah memberi tahu kita bahwa Sound of Borobudur telah hadir.

Melodi buah karya Dewa Budjana, salah seorang pendiri Yayasan Padma Sada Svagantara ini, kini menjadi ikon lekat Sound of Borobudur. Kali ini melodi itu hadir membangun aura untuk membingkai gagasan Borobudur sebagai pusat musik dunia.

Melodi yang melodius itu kali ini diberi lirik oleh Trie Utami. Seolah premis utama, lirik-lirik tersebut bertutur esensial tentang Sound of Borobudur. Sebuah narasi latar yang menjadi kunci bagi siapa pun yang ingin memahami Sound of Borobudur.

Padma Swargantara bisa Anda nikmati secara lengkap melalui video YouTube Sesi Pertama menit 20:16 di atas.

Padma Swargantara, ikon Sound of Borobudur
Padma Swargantara, ikon Sound of Borobudur
Ini adalah cerita tentang kita
Sejak dahulu kita sudah terhubung melalui musik
Itu dikisahkan di relief Borobudur yang dibangun di abad 8
Relief alat-alat musik yang dipahat hampir 1300 tahun yang lalu
Yang masih dipakai di seluruh dunia sampai saat ini

Lebih dari 200 relief alat musik
40 relief Ansambel Musik
Alat musik tiup (Aerophone)
Alat musik petik (Cordophone)
Alat musik pukul (Idiophone)
Alat musik bermembran (Membranophone)

Maha karya dari abad 8
Sebagai bukti puncak peradaban dan kebudayaan
Yang merekatkan masyarakat dunia pada masanya

Di abad ini
Alat musik di relief Borobudur masih dimainkan
Di 34 propinsi di Indonesia
Dan sedikitnya menyebar ke 40 negara di dunia
Merajut keberagaman dan perbedaan melalui seni dan budaya
Hidup harmonis sejak dulu
Lintas etnis, lintas kepercayaan, lintas kebangsaan

Dan saat ini Borobudur memanggil kita semua
Untuk melanjutkan apa yang sudah leluhur kita lakukan
Melalui suara yang menggugah alam rasa
Selalui senandung yang membangkitkan alam pikiran

Kita satukan pemahaman dan pengertian
Bersama 
Sound Of Borobudur Orchestra
Ayo kita rawat dunia dengan keindahan musik dan budaya
Menghubungkan tali persaudaraan, memuliakan kemanusiaan
Semua orang boleh bergabung karena ...
Ini adalah cerita tentang kita

Momentum ke Momentum

Langkah timik-timik Sound of Borobudur telah menemukan peta jalan (roadmap) dan menempuh jejak jelajah yang panjang. Lima tahun telah berlalu semenjak neonatus ini lahir. Ia tumbuh melalui decak kagum bercampur dorongan rasa ingin tahu yang besar dan tak kenal lekang.

Gagasan Sound of Borobudur telah disemai melalui kesempatan event "Borobudur Cultural Feast". Pergulatan di bulan Oktober 2016 ini menemukan bentuk awal pada kegiatan yang berlangsung pada 17 Desember 2016 di area Lumbini, kawasan Candi Borobudur.

Trie Utami, sosok pokok Sound of Borobudur
Trie Utami, sosok pokok Sound of Borobudur
Lalu disusul acara "Explore Borobudur" pada Januari 2017, yang berlangsung di Balkondes Karangrejo. Masih pada tahun yang sama, Sound of Borobudur kembali hadir di event "Borobudur International Festival" yang berkegiatan pada 28-30 Juli 2017.

Momentum keempat datang dari jauh, tak lain adalah "Festival Pamalayu", yang diselenggarakan di Candi Padang Roco, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, pada 6 Januari 2020.

Momentum berikut, berkenaan dengan pergelaran yang mengambil tempat di Pendopo Omah Mbudur, Desa Jowahan, Borobudur, Magelang, pada 8 April 2021. Pada kesempatan itu, secara eksplisit Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengungkapkan dukungan penuh dengan nada antusias.

Momentum "Konferensi Internasional Sound of Borobudur: MUSICoverNATIONS: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik" ini menjadi istimewa. Di antara perbincangan keilmuan dan gagasan-gagasan besar, ada ajang ansambel Sound of Borobudur yang membuka cakrawala dan memanjakan telinga audiens.

Sesuai tema acara akbar ini, dalam suguhan "Sound of Borobudur Orkestra" kita dikenalkan pada orkestrasi kolaboratif yang mengagumkan. Inilah yang membuat pementasan Sound of Borobudur menjadi unik dan mengukir decak kagum.

Penampilkan pertama menyajikan wajah "repertoar nusantara". Terwakili di sini adalah sosok Vicky Sianipar (Sumatera), Samuel Glenn (Papua), Nurkholis (NTB), Uyau Morris, dan Ivan Nestorman (NTT). Mereka menghidangkan lagu "Indonesia Pusaka" yang mengharukan penonton--termasuk Mas Menteri Sandiaga Uno.

Kolaborasi kedua melalui sajian bertajuk Catur Gaia yang sangat unik. Penampilan ini melibatkan musisi-musisi dunia dengan beragam alat musik tradisional dari negara mereka masing-masing. Tantangan untuk berkolaborasi ini yang ditawarkan melalui KBRI di berbagai negara, danmendapat respons antusias dari musisi 10 negara.

Sambutan positif dan antusias ini tampak di layar diekspresikan melalui komentar-komentar yang tertera.

Jejak ke Jejak

Lanskap Sound of Borobudur kini kian terbentang lebar. Ia bergerak dari ranah respons pribadi sosok Trie Utami, Dewa Budjana, dan Purwa Tjaraka, menuju skala dunia dengan spirit sebagai gerakan (movement) yang lintas bangsa.

Bermula dari kegelisahan Trie Utami yang ia gambarkan sebagai "menempuh jalan sunyi" selama berbulan-bulan (2016). Lalu, bagaimana ia memaksa Dewa Budjana untuk menjadi mitra berbagi "masalah". Tak urung kemudian keduanya membutuhkan dan memeroleh dukungan dari Purwa Tjaraka.

Dukungan komunitas pun datang sejak awal dan memekar. Mulai dari Jaringan Kampung Nusantara, Omah Mbudur, Gubernur Jawa Tengah, hingga mencapai "kehadiran negara" melalui dukungan Kemenparekraf yang bergiat mengusung Wonderful Indonesia!

Semua rentang itu beriringan dengan proses yang bisa disebut sebagai kerja untuk "mewujudkan dan membunyikan gambar". Hingga pada berproses tahap lanjut bagaimana membuat alat musik berbasis relief di Candi Borobudur.

Pada akhirnya, Yayasan Padma Sada Svargantara menjadi rumah resmi Sound of Borobudur. Dimulai gerakan ini yang kian terhubung dan membangun landasan akademik. Semua itu memperkuat premis Borobudur pusat musik dunia.

Acara konferensi internasional pada 24 Juni 2021 ini menjadi momentum titik ungkit Sound of Borobudur ke level lain. Setelah menjangkau bangsa (baca: nusantara), kemudian bergerak ke bangsa-bangsa--melalui keterlibatan musisi 10 negara dalam kolaborasi Catur Gaia.

Kolaborasi dengan musisi mancanegara
Kolaborasi dengan musisi mancanegara
Dalam sambutannya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan momen merinding yang beliau alami saat mendengar orkestra Sound Of Borobudur dimainkan oleh para musisi nusantara.

Mas Menteri mengaku terharu saat lagu "Indonesia Pusaka" mengalun diiringi beragam alat musik tradisional. "Merinding saya. Merinding banget dan sedikit waktu Dewa Budjana bawain lagu kebanggaan kita semua, ya brebes mili (haru) juga, sedih, di tengah pandemi kita bisa menghayati kekayaan luhur bangsa kita," ungkapnya.

Brebes mili ini merupakan hak dan milik dan pengalaman kita semua. Tentu ini bukan momentum untuk kali yang pertama dan yang terakhir. Sebab, yang terbaik akan segera tiba. Bersama uraian dan paparan semua pakar pada konferensi ini, menjadi bekal untuk melanjutkan perjalanan.

Sound of Boobudur akan menggapai momen pemuncak pada Agustus 2021. Ia akan hadir dalam formasi orkestra penuh. Betapa megah telah terbayang area Lumbini di kawasan Borobudur. Saat denting beragam alat musik yang terpahat beku di relief Candi Borobudur, menjadi hidup dan bernyawa.

Event mendatang yang disong-song ini menjadi momentum reuni sebuah peradaban, melalui berkumpulnya alat-alat musik tradisional yang tersebar di nusantara dan 40 negara di dunia. Betapa wonderful Indonesia akan menggema, menyuratkan Borobudur sebagai pusat musik dunia.

Mas Menteri, membayangkan event puncak ini saja saya sudah mberes mili--maaf bila mendahului Bapak. []

BACA JUGA:

  1. Membahanakan "Sound of Borobudur" dalam Balutan Storynomic

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun