"Apa? Astaga Khun! Mana ada orang yang nonton drakor di TV," teman saya tertawa puas. Seolah ia menemukan tulang-belulang pithecanthropus erectus di tubuh saya.
"Emang sengaja," jawab saya cool. "Itu cara saya agar tidak kecanduan!" Sekarang, giliran dia yang bingung. Hahaha! Sebab, biasanya fans drakor secara sukarela untuk kecanduan.
Sekarang dia yang diam. Lalu berbagi cerita rentang trik streaning yang dilakukannya. "Saya nonton satu seri itu jelang dia selesai. Jadi, sekali nonton, sekian seri. Sampai selesai," ceritanya. Nah, kan! Apa kata saya, itu kan kecanduan. Gaya saya mah, setiap hari satu. Cukup!
Baiklah, sepandai tupai melompat, akhirnya nyungsep juga. Namun, saya masih bisa menjaga jarak. Sebab itu, saya masih bisa menertawakan, betapa tidak logis kisahnya. Betapa konyol tingkah karakter tokohnya. Benar-benar "opera sabun"!
Jadi, selain ceritanya, saya juga menonton keluguan kemasan filmnya. Dan, terhibur dengan "kelainan-kelainan" yang mengusik protokol kenormalan membangun cerita.
Kemudian saya belajar memahami masyarakat penonton di hirarki luas. Ada kebutuhan untuk "lari" dari yang berat-berat. Memekarkan mimpi-mimpi pengantar tidur. Menyodorkan harapan agar tetap bisa tersenyum.
Rumusan ini, ternyata tidak mudah. Saya mengangguk-angguk saat mendengarkan kelas bercerita yang diampu Garin Nugroho. Ia menjelaskan tentang "Opera Sabun" Amerika. Lalu bagaimana "budaya pop" ini dibawa ke Asia.
Baiklah, paham. Kerecehan dalam pandangan saya itu, ternyata by design. Ada para jagoan yang menyusun formula hasil pemahaman mereka akan kehidupan real masyarakat Asia. Dan, prosesnya tidak mudah. Bukan hanya per episode, melainkan dalam satu rangkaian panjang. Berjudul-judul pula.
Rasa salut itu kemudian mencuat.
Sampai di situ. Selebihnya, saya tetap menjaga jarak. Untuk tidak larut. Menjaga agar waktu tidak terampas banyak. Saya lebih memilih cerita tunggal. Terutama film yang diformat unruk tayang di jalur utama bioskop.
Untuk yang terakhir ini, saya.menonton film berjudul Josée. Drama dalam durasi putar 118 menit. Cukup panjang untuk ukuran drama. Di film ini, kebutuhan batin saya terpuaskan. Yup, ini film yang cantik, pake banget! Enggak percaya? Nonton deh. []