Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Namaku Plastik, Ini Kisah Kecilku

11 Agustus 2019   23:38 Diperbarui: 12 Agustus 2019   04:13 3562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku tuh, Plastik. Aku lahir dari rahim seorang ayah bernama Alexander Parkes. Dalam akte, tercatat aku pertama kali mengenal dunia saat berlangsung eksibisi internasional di London (Inggris), pada tahun 1862. 

Diriku tuh disempurnakan pada 1907, oleh seorang bernama Leo Baekeland. Katanya sih, dia ahli kimia asal New York. Diriku kian canggih di tangan Ralph Wiley (1933). 

Wiley tuh kerja di lab, di perusahaan kimia Dow. Diriku yang ini dikenal sebagai Polyvinylidene Chloride. Terus, jadi Polyethylene saat di tahun yang sama diriku ditangani E.W. Fawcett dan R.O. Gibson.

Wah, kisah kelahiranku bisa panjang ceritanya. Nanti membosankan bagimu. Jadi, yuk kita geser topik. Aku tuh hidup bergerombol. Dalam jumlah buuanyak. Produksi diriku secara global, trennya terus meningkat. Makin tajam. 

Pada 1950, kehadiran diriku dua juta ton per tahun. Pada 2015, jumlahku sudah ada di angka 381 juta ton per tahun. Melonjak lebih dari 190 kali, menjadi 5,8 ton per tahun. Coba, hebat enggak?

Menurut Jenna Jambeck dari Universitas Georgia di Amerika Serikat, aku juara dunia mewakili negara Tiongkok. Aku juga juara dunia kedua mewakili Indonesia. Untuk urusan tampil di laut, aku juga jagoannya. 

Jambeck (2015) mencatat sampah plastik Indonesia di laut mencapai 187,2 juta ton, setelah Tiongkok sebesar 262,9 juta ton. Selanjutnya, Filipina dengan angka 83,4 juta ton dan diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com
Oya, dari perkiraan produksi sampah plastik lebih dari 35 juta ton dalam setahun, seperempat diriku itu memang berakhir di laut. Wow banget, kan? Itu sebabnya diriku sudah dianggap makanan oleh teman-teman yang hidup di laut. 

Enggak heran juga kalau diriku ngendon di tubuh apa saja. Aku menyusup di perut kura-kura, ikan-ikan, dan binatang laut lainnya. Bahkan burung (Seabirds)! Diriku dalam bentuk mikroplastik, katanya loh, jadi penyebab stunting. Apa itu stunting? Coba deh di-googling. Kamu pasti nemu.

Oya, mikroplastik itu adalah potongan-potongan kecil dari plastik yang dapat mencemari lingkungan. Katanya, kandungan mikroplastik sudah ditemukan di dalam produk garam laut sejak bertahun-tahun yang lalu. 

Namun selama itu, belum terungkap berapa banyak kandungan material diriku pada "bumbu masak" yang paling sering digunakan di seluruh dunia ini.

Setiap tahun kehadiran diriku menghasilkan sekitar delapan persen hasil produksi minyak dunia, atau sekitar 12 juta barel minyak, atau setara 14 juta pohon. Aku juga tampil dalam banyak wajah. 

Setiap tahun, dalam rupa kantong plastik, aku digunakan tidak kurang dari 5 triliun banyaknya. Sumber lain menyatakan, lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen darinya hanya dipakai sekali, lalu dibuang. Aku yang berwujud botol plastik, dibeli orang 1 juta banyaknya dalam 1 menit. Jumlahnya menakjubkan? Aku juga kaget loh!

Aku di Indonesia

Sebagai juara dua dunia, diriku di Indonesia dinilai meresahkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Data yang ada di KLHK menyebutkan bahwa plastik yang berasal dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Jumlah itu setara dengan luasan 65,7 hektar kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola. Wih, banyak banget lapangan bola itu!

Lebih jauh mengutip pemberitaan CNN Indonesia, Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih menyebut total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah diriku diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.

Sumber: theaseanpost.com
Sumber: theaseanpost.com
Indonesia tentu saja tidak akan tinggal diam. Menurut Tuti, sampah di Indonesia komposisi utamanya sebesar 60 persen organik, di dalamnya ada diriku sebanyak 14 persen. 

Target pengurangan timbunan sampah di Indonesia secara keseluruhan sampai 2019 adalah 25 persen, sedangkan 75 persen penanganan sampahnya dengan cara "composting" dan daur ulang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Ibu Tuti mengatakan, belum dapat diperkirakan berapa penurunan penggunaan kantong plastik dengan adanya uji coba plastik berbayar. Kebijakan kantong plastik berbayar di Indonesia, ditujukan untuk mengurangi jumlah diriku. Namun, uhuk, efektivitasnya diragukan.

Foto: Ang Tek Khun
Foto: Ang Tek Khun
Diriku Vs Pariwisata

Kehadiran diriku kian dibenci saat Indonesia sedang gencar mengembangkan pariwisata. Sektor ini memang sedang membubung tinggi. 

Presiden Joko Widodo di awal pemerintahannya, telah menetapkan pariwisata masuk dalam tiga sektor unggulan selain pertanian dan kelautan. Hasilnya, branding Wonderful Indonesia yang sebelumnya tidak tercatat, melompat masuk dalam kategori 50 besar dunia.

 Dalam daftar penghasil devisa negara, pariwisata melompat masuk dalam peringkat signifikan, berada di posisi kedua. Saking hebatnya, diperkirakan kelak istilah penerimaan negara dapat disederhakan dalam dua kategori, yaitu penerimaan Paiwisata dan Nonpariwisata. Yeay! Luar biasa!

Bagaimana dengan diriku di era kebangkitan pariwisata Indonesia? Huhuhu, aku semakin ngeri! Sebelum Presiden Jokowi mengakhiri periode pertama pemerintahannya, beliau sudah nge-gas pariwisata sebegitu rupa. 

Sebelumnya, beliau dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indonesia menetapkan daftar "10 Bali Baru", sekarang beliau sedang giat-giatnya mengusung 5 Destinasi Super! Bahkan kawasan Toba, akan dijadikan destinasi Superclass! Ngeri karena di dunia pariwisata, aku dianggap hama. Bak jerawat yang nongol di wajah putri-putri tercantik.

Salah satu pantai di Indonesia (Sumber: Kompas.com)
Salah satu pantai di Indonesia (Sumber: Kompas.com)
Memang sih, aku layak dianggap sebagai "hama pariwisata". Lihat saja isu yang berkembang di berbagai tempat. Banyuwangi, Bali, dan lain-lain. Pemicunya, sederhana saja. Diriku dianggap enteng oleh para wisatawan. 

Diriku mudah dibuang di mana-mana. Mula-mula sedikit, lama-lama membanjir. Alhasil, banyak spot, destinasi, area, kawasan, pantai, pulau, dan laut Indonesia yang cantik jadi tercemar. Ini, diterus-teruskan, sehingga diriku jadi menjijikkan. Viral di media sosial (medsos). Orang-orang pun malas datang lagi.

Aku Mau Lebih Baik

Jangan gampang menuduh! Enak saja diriku disalah-salahkan! Eh, jangan pikir aku mau dicitrakan jelek kayak gitu. Enggak! Aku juga mau lebih baik. Apalagi, Indonesia sedang serius memerangi sampah, termasuk diriku. 

Para menteri sedang resah akan diriku dan menyusun rencana kerja. Beberapa perusahaan BUMN sibuk berkampanye, mengedukasi warga untuk memerangi diriku. Sektor swasta pun sedang bergerak.

Jika kamu jeli mengamati, sebuah perusahaan swasta sedang gigih berkampanye mengontrol diriku. Di era dulu, berbagai program tampak hanya di permukaan. Namun kali ini, tampak sangat serius. 

Membangun mata rantai utuh. Salah satunya dengan membuat Unit Bisnis Daur Ulang atau RBU. Penyuplai diriku adalah para pemulung, bank sampah, komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat. Hasilnya? Diriku akan tampil dalam bentuk cacahan plastik dilumerkan dan diolah menjadi biji plastik.

Salah satu produk dari plastik bekas (Sumber: Kompas.com)
Salah satu produk dari plastik bekas (Sumber: Kompas.com)
Ini sih dalam bahasa kerennya adalah Circular Economy. Artinya, siklus ekonomi berkelanjutan. Ini dia  sistem ekonomi yang ramah lingkungan. Salah satu solusi permasalahan sampah plastik! Cara kerjanya sederhana. 

Produk sisa hasil konsumsi dikumpulkan dan diproses, untuk dikembalikan pada proses awal. Ini membentuk sistem yang berkelanjutan. Melalui proses ini, bahan baku yang digunakan didesain bersifat restoratif atau regeneratif, sehingga dapat dimanfaatkan secara berulang.

Spesial banget! Produk daur ulang diriku dapat berupa lapisan geotekstil, dakron, baju, alat tulis, dan sebagainya. Hasil dari yang seperti ini ginian, kalau kamu on, pasti sudah pernah lihat di viral berupa sepatu atau tas daur ulang yang digunakan oleh Ibu Menteri Susi. Kalau belum tahu, coba deh di-googling.

Aku dan Kau untuk Kita

Itu semua tentang diriku dan mereka. Untuk kamu, aku punya cerita tentang "cinta" kita. Setiap kita, memiliki tanggung jawab. Siapa bilang tidak? Jika kamu berani membeli sesuatu yang menggunakan dirimku sehingga menjadi milikmu, itu berarti tanggung jawab langsung ada padamu.

Istilahnya, kamu tuh adalah orang yang berada di garis terdepan.

Tanggung jawabmu berat? Iya juga sih. Namun, dunia tidak runtuh menimpa kepalamu seorang diri. Semua orang bisa bergerak. Komitmen pribadi dan komitmen sosial. Nah, sebagai dirimu, diriku sih tidak menuntut banyak. 

Enggak berat juga sih. Kamu pasti kuat melakukannya. Percayalah. Coba deh baca ungkapan pengharapan dari dalam hatiku yang terdalam ini. Hal-hal "sederhana" yang bisa kamu mulai dari dirimu.

Sumber: lingkunganhidup.jogjakota.go.id
Sumber: lingkunganhidup.jogjakota.go.id
Pertama, bawalah tas belanja kamu sendiri. Enggak berat kok. Taruhlah di mobil atau sepeda motormu. Biarkan ia hadir seperti "ban serep". Jadi kalau kamu ditawari, tolaklah kantong plastik dari toko. Gunakan tasmu sendiri. Jika belanjaanmu cukup kecil, masukkan saja ke dalam saku celana. Beratnya tak seberapa dan tak akan mengurangi gagah dan cantiknya dirimu.

Kedua, bawalah botol air yang dapat kamu gunakan kembali. Enggak usah malu. Hari gini sih pembawa tumbler sudah dipandang orang keren. Tampilannya pun sekarang sudah asyik-asyik, dengan desain keren yang kekinian. 

Jika pun dalam perjalanan jauh kamu terpaksa membeli air minum kemasan botol, gunakanlah botolnya lebih dari sekali. Sehabis minum, simpanlah untuk diisi ulang. Tentu saja kebersihannya harus kamu jagai.

Ketiga, tolaklah sedotan plastik. Percaya deh, minum langsung dari gelas tidak akan membuatmu mati gaya. Malah, sesekali coba deh berswafoto dan posting di Instagram dengan caption "Aku gak pake sedotan loh! Kamu?"

Keempat dan selanjutnya, silakan kamu teruskan sesuai dengan situasi dan komitmen berkelanjutan dari dirimu. Aku percaya kamu adalah makhluk kreatif yang mampu survive, apalagi kalau cuma menghadapi soal-soal seperti ini. 

Sebagaimana aku percaya pada cinta, diriku pun percaya padamu. Bersama kita memerangi dan mencegah hadir bumi kedua yang terbuat dari sampah. Satu bumi sudah cukup, mari kita jadikan sebagai bumi yang sehat, bumi yang indah. Mau, kan? []

Bacaan:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun