Dalam daftar penghasil devisa negara, pariwisata melompat masuk dalam peringkat signifikan, berada di posisi kedua. Saking hebatnya, diperkirakan kelak istilah penerimaan negara dapat disederhakan dalam dua kategori, yaitu penerimaan Paiwisata dan Nonpariwisata. Yeay! Luar biasa!
Bagaimana dengan diriku di era kebangkitan pariwisata Indonesia? Huhuhu, aku semakin ngeri! Sebelum Presiden Jokowi mengakhiri periode pertama pemerintahannya, beliau sudah nge-gas pariwisata sebegitu rupa.Â
Sebelumnya, beliau dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indonesia menetapkan daftar "10 Bali Baru", sekarang beliau sedang giat-giatnya mengusung 5 Destinasi Super! Bahkan kawasan Toba, akan dijadikan destinasi Superclass! Ngeri karena di dunia pariwisata, aku dianggap hama. Bak jerawat yang nongol di wajah putri-putri tercantik.
Diriku mudah dibuang di mana-mana. Mula-mula sedikit, lama-lama membanjir. Alhasil, banyak spot, destinasi, area, kawasan, pantai, pulau, dan laut Indonesia yang cantik jadi tercemar. Ini, diterus-teruskan, sehingga diriku jadi menjijikkan. Viral di media sosial (medsos). Orang-orang pun malas datang lagi.
Aku Mau Lebih Baik
Jangan gampang menuduh! Enak saja diriku disalah-salahkan! Eh, jangan pikir aku mau dicitrakan jelek kayak gitu. Enggak! Aku juga mau lebih baik. Apalagi, Indonesia sedang serius memerangi sampah, termasuk diriku.Â
Para menteri sedang resah akan diriku dan menyusun rencana kerja. Beberapa perusahaan BUMN sibuk berkampanye, mengedukasi warga untuk memerangi diriku. Sektor swasta pun sedang bergerak.
Jika kamu jeli mengamati, sebuah perusahaan swasta sedang gigih berkampanye mengontrol diriku. Di era dulu, berbagai program tampak hanya di permukaan. Namun kali ini, tampak sangat serius.Â
Membangun mata rantai utuh. Salah satunya dengan membuat Unit Bisnis Daur Ulang atau RBU. Penyuplai diriku adalah para pemulung, bank sampah, komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat. Hasilnya? Diriku akan tampil dalam bentuk cacahan plastik dilumerkan dan diolah menjadi biji plastik.