Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Maukah Kau Mengecup Bibirku Sebelum Didahului Pacarku

26 Maret 2019   16:01 Diperbarui: 26 Maret 2019   17:47 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Namun, aku selalu menang debat,” desau Thia tanpa nada kemenangan. “Dan, selalu saja berakhir dengan umpatan darinya, bahwa kau lelaki paling bodoh sedunia!"

Aku tersenyum. Masam sekali. Rasanya lebih kecut dari asam jawa.

"Semalam, aku mencoba WA," ujarmu kemudian. “Namun tampaknya kau terlalu sibuk untuk menyisihkan waktu menjawabnya.”

Aku melemparkan pandangan. Jauh. Ke ujung trotoar sekolah yang tertangkap dari bingkai jendela.

"Aku ingin kau orang pertama yang tahu bahwa cowo yang kita kenal itu, yang selalu mengitariku itu, kembali menyatakan cinta. Dan kali ini, aku memberinya anggukan."

Tiba-tiba, mataku gelap. Lalu, ada seribu burung terbang berhamburan dari dalam dadaku. Menyisakan sangkar kosong. Namun, ada pula seribu telunjuk, tiba-tiba menusuk ke arahku. Melengkingkan tawa dengan bahana sinis.

"Kamu tuh, ya!" pekik Lis di WA tadi, sebelum ia tampak mabuk dan menyeretku ke kantin ini. "Lelaki paling bodoh yang pernah kukenal! Cinta itu harus diperjuangkan, man!"

“Aku tahu apa itu perjuangan, Lis,” balasku. “Tapi, bukankah cinta harus tumbuh di kastanya yang setara? Kamu tahu sekali, siapa aku. Siapa keluargaku. Dan, bagaimana aku harus menjalani hidup ini.”

“Goblok!”

Itu jawaban WA Lis yang sempat kubaca. Hanya kata itu. Sebelum ia tiba-tiba bak banteng kesurupan, menyeretku ke sini.

Kutatap wajah Thia. Panorama indah yang kuragu mampu menjangkaunya. Kutatap senyum Thia. Manis, sebuah rasa yang tak familiar untuk hidup yang lebih kerap disinggahi kepahitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun