Target kunjungan Wisatawan Mancanegara sebesar 20 juta tampaknya menggentarkan banyak orang. Kilat pandang pesimistis menyeruak dan menyilaukan banyak perbincangan lisan maupun di berbagai media, termasuk media sosial. Riuh dan pusaran ini menyita perhatian dan kerap menenggelamkan sisi optimisme. Kita pun abai memperbincangkan belahan lain, bak logam bermata dua, yaitu target kunjungan Wisatawan Nusantara sebesar 270 juta orang.
Cara dan hasil memotret respons ini mungkin saja keliru. Minimnya perbincangan tentang angka dan bagaimana menuju capaian kunjungan Wisatawan Nusantara ini bisa saja disebabkan oleh faktor angka target 270 kunjungan Wisataan Nusantara bukanlah hal besar. Dianggap realistis, tidak fantastis seperti "pungguk merindukan 20 juta turis asing".
Seperti menu piza yang direduksi hanya soal topping atau kecantikan seorang gadis tak lebih dari hitungan berapa buah jerawat yang tumbuh di wajahnya, maka topik perbincangan seperti ini akan dengan mudah mengundang bukan saja riuh diskusi, melainkan juga menaikkan banyak kadar pesimis ke panggung perhatian.
Batu Penanda Arah
Arus pesimistis menguar dengan cepat, bahkan deras, seperti asap dari cerobong kereta api Harry Potter saat ia menempuh perjalanan untuk memulai tahun ajaran baru di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Kita pun dicerabut dari perspektif bahwa di ujung paling akhir, "berproses" menuju tujuan adalah jauh lebih mendapat apresiasi masyarakat luas daripada sibuk "bertujuan" tanpa ayun langkah.
Beranjak kemudian, kita pun tahu bahwa salah satu gebrakan sebagai ujung dari fungsi "batu penjuru" ini adalah saat pada tahun 2017 Kementerian Pariwisata menyelesaikan tugas internalnya melakukan restukturisasi organisasi berbasis pada fungsi (based on function).
Sport Events di Calendar of Events (CoE) 2018
Salah satu produk yang kemudian lahir adalah "100 Wonderful Events Indonesia" atau yang lebih dikenal sebagai "Calendar of Events" (CoE) 2018 Kemenpar. Ini adalah rangkuman 100 kegiatan pariwisata unggulan Indonesia, hasil ajuan dari level provinsi dan melewati fase kurasi dri tim, dari perkiraan adanya tiga ribu even yang berlangsung, yang dikelola oleh berbagai kalangan sepanjang tahun 2018.
"Wisatawan dapat menggunakan [kalender ini] sebagai rujukan, sementara para pemangku kepentingan dapat menggunakannya sebagai panduan untuk menyusun program," tulis Menpar Arief Yahya dalam sambutannya. Melalui kalender ini, seluruh kalangan pariwisata dapat bekerja sama dan bahu-membahu menyusun program bersama, memenangkan Indonesia sebagai tujuan utama perjalanan dunia.
Mencermati isi buku 100 even unggulan ini, kita akan menjumpai bahwa even olahraga dan turisme olahraga (Sport Events & Tourism) mendapat perhatian dan terakomodasi dengan baik. Jika ingin menelusuri lebih jauh, kita akan menemukan bahwa even-even tersebut telah memiliki jejak penyelenggaraan yang cukup panjang, dan berhasil mendatangkan ribuan peserta dari dalam dan berbagai negara.
Bisa disebutkan di sini, Tour de Bintan, Kepulauan Riau (Maret), Tour de Flores, Nusa Tenggara Timur (Mei), Bintan Triathlon, Kepulauan Riau (Mei), Tour de Singkarak, Sumatera Barat (september), Jakarta Marathon, DKI Jakarata (Oktober), 9 International Musi Triboatton, Sumatera Selatan (November), dan Jogja International Heritage Walk, DI Yogyakarta (November).
Selain masuk dalam kategori 100 even tersebut, terdapat dua "Sport Events & Tourism" yang mencuat dan menempati level atas dalam 10 kegiatan berkelas utama, yaitu Iron Man 70.3 Bintan (Agustus) dan Borobudur Marathon (November).
Mandiri Jogja Marathon 2018
Tidak semua even masuk dalam Calendar of Events (CoE) 2018 Kemenpar, sebagai konsekuensi logis dari adanya ribuan even yang terentang dari Sabang hingga Merauke. Sebagai contoh ekstrem, kita tahu bahwa Kabupaten Banyuwangi, telah dan akan menggelar tidak kurang dari 77 even sepanjang 2018. Maka, dibutuhkan kualifikasi untuk menangkap area fokus, untuk melejitkan setiap even yang berpotensi "go international". Tim kurator telah bekerja sejak tahun 2017, berdasarkan pengajuan dari setiap provinsi. Kendala teknis, tak bisa dimungkiri, seperti terlambat didaftarkan atau tidak didaftarkan oleh pemangku kepentingan level provinsi.
"Mandiri Jogja Marathon" adalah salah satu even yang unik, karena mensinergikan bukan saja olaraga dan wisata budaya, melainkan juga kuliner dan menggerakkan ekonomi daerah. Berlangsung di lokasi eksotik kawasan Candi Prambanan, kegiatan ini jauh dari kesan tegang sebuah perlombaan. Alih-alih suasana kompetitif, jika Anda berkesempatan hadir, kawasan Candi Prambanan seolah sedang menyelenggarakan pesta kebun dalam nuansa kekeluargaan.
Lari, jajan, pose sendiri dan bersama, leyeh-leyeh menikmati hiburan, tak jauh dari suasana piknik dan rileksasi sebagai kebutuhan terutama oleh masyarakat urban. Apa yang disebut oleh Rhenald Kasali sebagai "esteem economy", ekonomi yang digerakkan oleh rasa percaya diri yang mewujud dalam perilaku swafoto atau foto bareng, atau dalam bahasa Kementerian Pariwisata sebagai Destinasi Digital, sangat kental terasa di sini.
Tak pelak, "Mandiri Jogja Marathon 2018" menorehkan beragam wajah sukses dan menunjukkan salah satu sisi dari banyak "genre" turisme yang bisa dibangun. Kehadiran dan partisipasi aktif Menteri BUMN Rini Soemarno di even ini adalah bagian dari penegasan bahwa even ini lebih dari sekadar aktivitas promotif.
Pesona Indonesia? Wonderful!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI