[caption caption="Kegembiraan bersama menjelang berpisah (Foto: Ist)"][/caption]
Jika Anda ingin sukses dalam 1 tahun, tanamlah padi
Jika Anda ingin sukses dalam 10 tahun, tanamlah pohon
Jika Anda ingin sukses selama 100 tahun, didiklah manusia
—Pepatah China
PENDIDIKAN, bagi sebagian orang, masih dimaknai sebagai aktivitas duduk di bangku sekolah (atau kampus). Orangtua menunaikan kewajibannya melalui alokasi pembiayaan, lalu mereka melanjutkan hidup di dalam dunianya. Menyekolahkan anak ibarat menyerahkan properti ke pabrik otomotif. Semakin kuat kemampuan pembiayaan Anda, maka kian tinggi pula tingkat kecanggihan "produk" akhir yang dihasilkan. Dalam bahasa sederhana, kekayaan orangtua berbanding lurus dengan kualitas anak yang akan dihasilkan. Dari kantong yang tebal akan lahir "mobil" premium, dari dompet yang cekak cukuplah "kendaraan" LCGC (Low Cost Green Car).
Kita sering pula abai bahwa pendidikan formal hanyalah satu dari tiga keping utuh sumber pembelajaran. Bagian kecil dari hidup seseorang berkenaan dengan pendidikan nonformal, melalui kursus, les, dan sejenisnya. Bagian terbesar dan berlangsung sepanjang hayat adalah pendidikan informal melalui interaksi antarinsan yang kerap disebut sebagai sekolah kehidupan.
Life Skill: Kecakapan Hidup untuk Menggapai Sukses
MERAIH nilai tertinggi di kelas, bukanlah satu-satunya jalur menuju sukses. Banyak tokoh yang membahas sisi lain, misalnya untuk mudahnya kita sebut nama Robert T. Kiyosaki yang telah dikenal luas melalui bukunya Rich Dad, Poor Dad hingga Why "A" Students Work for "C" Students and "B" Students Work for the Government. Demikian pula kisah-kisah sukses orang-orang yang minim atau tak sempat mengenyam bangku sekolah hingga tingkat yang ideal.
[caption caption="Setiap peserta diizinkan untuk bertanya apa saja (Foto: @angtekkhun)"]
Merujuk hikmah setempat (local wisdom), saya teringat pada falsafah Minangkabau, Alam Takambang Jadi Guru. Sederhananya, bahkan alam pun bisa menjadi sumber pembelajaran bagi siapa saja yang bisa memberi perhatian dan memiliki kerendahan hati untuk belajar padanya.
Newmont Bootcamp: Life Skill Berbasis Lingkar Tambang
ADA beragam jenis camp (kamp). Di kampus, ada kamp kepemimpinan. Selama beberapa hari, di sebuah tempat yang kondusif, umumnya jauh dari keramaian, calon-calon pemimpin di kampus dikumpulkan. Ada empat elemen yang dibagikan: latihan kedisiplinan selama kamp, pembukaan wawasan melalui rangkaian panjang ceramah dari tokoh signifikan, tugas-tugas implementatif yang harus dikerjakan hingga larut malam, dan aktivitas luar ruang sebagai ajang kolaboratif dan rileksasi. Ada pula jenis kamp yang lebih spesifik. Misalnya kamp pemuridan (discipleship) dengan intensitas tinggi pada sisi membangun pribadi unggul melalui pembinaan kepribadian dan karakter. Lainnya, kamp dasar (basic) atau tematik sesuai kebutuhan institusi atau komunitas.
[caption caption="Bukan cara ceramah, sebagian besar waktu digunakan di lapangan (Foto: @angtekkhun)"]
- Dari sisi platform, Newmont Bootcamp (NBC) memadukan kamp, dengan aktivitas magang dan wisata.
- Dari sisi rentang waktu, ini jenis kamp dalam durasi waktu dua bahkan tiga kali lebih panjang dari kamp biasa.
- Dari sisi Pengembangan Kapasitas (capacity building), ini adalah kamp yang tuntas. Tiga area manusia utuh dicakup olehnya: Kognitif, Konatif, Afektif.