[caption caption="Kompas Sabtu, 5 Maret 2016 (Foto: @angtekkhun)"][/caption]
BERMULA dari pesan perpisahan mengejutkan di rubrik Anak Kompas Minggu, 28 Februari 2016, sambung cakap pun berlangsung dan berkembang mengenai harian yang kini kerap dipanggil koran "Senjakala". Redaksi Kompas menulis, "Teman-teman... Rubrik Anak kali ini adalah edisi perpisahan kita. Mulai minggu depan rubrik Anak yang hadir di Kompas hari Minggu akan absen menemani teman-teman." Selanjutnya Redaksi memberi saran bijak, "Meski rubrik Anak tidak ada lagi, kami berharap teman-teman tetap rajin membaca. Pilihlah bacaan yang bagus, yaitu bacaan yang bisa membuat imajinasimu berkembang dan membuat pikiranmu bertambah kritis, kreatif, dan pintar."
[caption caption="Edisi perpisahan rubrik Anak di Kompas Minggu (Foto: @angtekkhun)"]
Tak berselang lama, Kompas edisi Kamis, 3 Maret 2016 memuat surat pembaca yang merespons "penggusuran" rubrik Anak ini. Indah Novita dari Makassar mengungkapkan perasaan sedihnya. "Sebagai ibu tiga anak usia TK-SD, saya merasa kehilangan suatu media untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak-anak saya."
Melalui surat ini, Indah Novita juga menanggapi rumor yang didengarnya bahwa rubrik Anak ini akan dimutasi ke format digital. Ia berpendapat, "Tentu tidak akan sama. Jangkauannya saat ini mungkin tidak seluas halaman Kompas Anak yang terbit konvensional. Masih banyak kelompok masyarakat yang belum bisa mengakses internet walaupun ada program internet masuk desa."
[caption caption="Respons pembaca atas dihapusnya rubrik Anak dari Kompas Minggu (Foto: @angtekkhun)"]
Bahkan lebih jauh Indah Novita memberi masukan, "Untuk anak-anak, menurut saya, juga lebih sehat jika membaca langsung melalui lembaran kertas. Membaca melalui laman internet selain tidak sehat bagi mata, juga berisiko melihat tayangan lain yang bukan untuk usianya."
Tidak berhenti sampai di sini, dua hari kemudian Kompas (5/3) memuat surat pembaca lain, berasal dari Wiyana di Gunung Kidul, Yogyakarta. Wiyana mengucapkan terima kasih karena kehadiran rubrik Anak telah memberi kesempatan kepada anaknya untuk berkarya. "Rubrik Anak/Ruang Kita telah memberi kesempatan tiga kali karya anak kami ... dimuat ... ketika ia masih duduk di sekolah dasar," tulisnya seraya mengungkapkan rasa bangga mengingat pengirim karya ke Kompas pastilah sangat banyak.
[caption caption="Surat pembaca dari Wiyana merespons rubrik Anak Kompas Minggu (Foto: @angtekkhun)"]
Sebagai bagian kecil dari "ekosistem baca-tulis", saya turut gelisah dan tak terhindarkan untuk merespons edisi perpisahan rubrik Anak itu melalui status alit di akun Facebook. Dan, sebagaimana patut diduga, turut memancing opini serta diskusi kecil di sana.
[caption caption="Respons saya di akun Facebook (Foto: @angtekkhun)"]