Di kanvas berwarna hitam, taburan kerlip cahaya memenuhi bumi Balikpapan. Saya melongokkan kepala, berusaha mendekatkan diri dengan batas seseorang yang duduk di urutan A, melayangkan pandangan melewati jendela oval Garuda Indonesia CRJ 1000 NextGen. Pesawat terasa bergerak perlahan, lalu kia cepat dan rendah. Memperlihatkan batas laut dan perbukitan yang menyala bak kunang-kunang.
Di malam yang merangkak ke pukul 22.00 waktu setempat, tiba-tiba saya teringat pada cerpen Umar Kayam, "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan". Terbayang adegan "Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas martini." Kedua tokoh rekaan sastrawan dan budayawan dari UGM ini sedang bercakap dengan setting kota New York dan penggalan dialog fenomenal yang amat dikenali pembaca: “Bulan itu ungu, Marno.”
Dalam hitungan menit, Explore Jet ini
landing dengan mulus, lalu merdu suara pramugari menyampaikan sambutan selamat datang di Balikpapan. Yep! Kaki saya segera menginjak belahan bumi yang berbeda, bumi Kalimantan.
Datsun melalui program
#DatsunRisersExpedition 2016 jelajah pulau Kalimantan, telah mengantarkan saya ke sini.
Bergerak bersama penumpang lain, saya pun tiba di pengujung gang dan mengucapkan terima kasih kepada pramugari. Melangkah ke sisi kiri dan berjalan turun, langit Balikpapan serasa memeluk tubuh saya. Mengambil beberapa foto, saya kemudian bergegas menuju bus yang telah menunggu dan membawa kami ke terminal kedatangan.
Bandara yang bagus, gumam saya, sambil mengali ingatan masa lalu akan bandara
Sepinggan lama yang kecil dan sederhana, saat saya pernah harus menginap semalam di sini karena gangguan teknis pada pesawat gagal menerbangkan saya menuju Surabaya.
Saat menanti bagasi, telepon genggam saya berdering. Mas
Radja dari pihak panitia meminta maaf tidak bisa menjemput, menanyakan apakah hendak bersantap malam, dan memberi petunjuk bagaimana mencapai hotel menggunakan taksi resmi bandara.
Tak lama kemudian, saya mendapat kontak dari
Rizky Dwi Rahmawan, Riser asal Banyumas yang berangkat menggunakan pesawat yang sama dan telah berada di luar terminal kedatangan karena tidak membawa bagasi. Kami menyepakati
meeting point lalu saya bergegas menghampiri tempat kedatangan bagasi untuk menyambar koper saya yang telah bergerak keluar.
Sebelum melangkah melewati pintu keluar, mata saya empat dimanjakan oleh kehijauan hutan buatan yang menghiasi ruang kedatangan, dan sempat mengambil mengabadikan pesan-pesan perlindungan kekayaan alam.
* * *
Saya menggeret koper dan celingukan. Berputar dan melipir hingga saya menangkap sosok seseorang. "Rizky, ya?" sapa saya. Dan Rizky membenarkan. Kami berjabat tangan mengawali perkenalan, kemudian melangkah bersama untuk keluar. Sesuai petunjuk Radja, saya menghampiri loket taksi dan membayarkan sejumlah uang. Dengan tiket di tangan, petugas taksi meminta kami menunggu sejenak karena saat itu taksi sedang kosong.
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya