Ang Tek Khun, No. 72
Malam Jumat belum juga pergi ketika seekor tokek memekik lirih dari atap rumah. Suaranya merepet serak dipanjang-panjangi karena ia tahu sekelompok anak muda mabok di teras sedang berjudi genap-ganjil memanfaatkan byar-pet suaranya. Dari kejauhan, perlahan melengking suara anjing ditimpuk traktor, mengaing-ngaing pedih bagai letih suara gitar dicabik-cabik para jomblo di pos hansip kala malam minggu.
Arak awan hitam di langit sedang seram-seramnya, dibentuk oleh kursor yang digerakkan oleh Sang Pencipta menyerupai seringai kelelawar pada bulan purnama. Sepasang matanya melotot tajam mirip bakso tenis Kang Apin di pojok jalan, menembus jala-jala jiwa yang haus kasih sayang; giginya yang panjang berwarna kekuningan karena jigong, terhunus dengan tebar semerbak aroma bantargebang. Dengan sekali meradang, Alice Kingsleigh tersedak dari tidurnya dengan leher dingin dipenuhi keringat.
Ini malam Jumat ke-666 Alice terbangun oleh usik mimpi buruk sejenis. Kalau sudah begitu, ia segera memeluk boneka kelinci berompi pink kesayangannya. Bulir-bulir keringat dingin dibiarkannya menetes hingga pagi hari karena ia gagal kembali tidur, memenuhi kali Ciliwung hingga air meluap di kawasan Kampung Pulo.
Tapi mimpi yang terakhir ini terlihat sangat jelas, melengkapi seluruh rangkaian mimpi Alice selama ini. Mula-mula ia mendengar seruan meminta tolong bertubi-tubi entah dari mana asalnya. Jeritan itu berulang-ulang hingga ia didorong untuk mencari tahu lebih jauh dari mana asal suara itu dengan menggunakan aplikasi GoogleVoice. Tak butuh waktu lama, hasilnya nongol dan terpampang mantap dengan teks di-bold: Dayatland!
Alice terhenyak kaget sejengkal ke belakang, ia nyaris terjengkang. Pasalnya, tumit high heels yang dikenakannya tiba-tiba patah. Mungkin karena lem pada sepatu KW7 buatan Simbaduyut itu sedang meranggas manja.
"Namaku... Anastasia Tremaine. Tolong kami-mi-miii..." Tiba-tiba telah terbentuk Group di WhatsApp dengan pesan yang dikirimkan oleh "Anastasia Asik Bingitz" dengan profile picture menjijikkan. Ada emoji tangan sedang mengiba-iba menyertai teks itu.
"Namaku... Drizella Tremaine. Help ussss...." Ups, masih di Group WhatsApp yang baru itu, kali ini muncul nama "Drizella Ayank Deh" dengan lidah melet-melet.
Samar di layar smartphone terkenal merek Samseng Galak Sih 4S5S* [4S5S = 4 Sehat 5 Sempurna, varian gawai terbaru dari formula IT teranyar] milik Alice. Terlihat asap hitam beraroma menyan menyembulkan wajah seram dua gadis yang merindingkan buku ketek. Alice melempar henponnya ke atas ranjang dan menyusup ke balik selimut dengan wajah pucat. Kisah buruk tentang Dayatland telah katam didengarnya berulang-ulang dari kakek buyutnya, pitutur yang diturunkan dari buyut-buyutnya kakek buyutnya itu.
"Loh-lah, bukankah kalian ini putri-putri kandung dan anak-anak kesayangan Lady Tremaine?" balas Alice sambil mengintip layar henponnya dengan bergidik ketakutan.
"Iya, memang begitu kisah kami semula, sampai..." pesan Anastasia terputus.
"Sampai muncul saudara tiri kami bernama Ella. Dia cupet, curang, culas bak ayahnya yang mantan tukang las!" sambung Drizella disertai emoji semburan api godzilla.
"Itu sebabnya orang-orang sekampung kami memberinya nama hina-dina Cinderella!" Tampak emoji Anastasia membuang muka dan membuang ludah jijik.
"Tap... tap... tapi bagaimana aku bisa menolong kalian?" tulis Alice. "Aku tak mungkin pergi ke Dayatland, karena cuti bolos sekolahku sudah habis. Lagi pula, aku takut banget sama Dayatland.
"Jangan khawatir, teteh Alice," tulis “Anastasia Asik Bingitz”.
"Unduh file berikut dan ikuti petunjuknya," tulis “Drizella Ayank Deh”.
Sesaat kemudian masuklah file dengan kode nama file "@#$%&*(X*&^%$##$%^&(&^%". Alice mengunduh dan membacanya dengan wajah kian pucat dan tangan getar-gemetar bagai hape getar.
* * *
Malam Jumat tanggal 13 bulan 13 tahun 2013. Alice mengendap-ngendap ke gudang tua di belakang rumahnya. Di tungku yang cukup besar, ia membakar sekilo menyan yang disiram sejerigen darah ayam hitam. Sesuai saran kementerian ESDM, ia menuangkan Pertalite secukupnya ke atas tumpukan menyan itu. Lalu, lalu, blas-blussssss! Asap putih nan pekat membubung tinggi memenuhi gudang. Pertalite dengan oktan 90 yang bagus punya, membuat asap putih itu terlihat bening. Alice bisa melihat jelas ke balik kumparan asap yang menari-nari itu.
Lalu, samar dan samar dan samar nongollah bayang-bayang sebentuk wajah cantik jelita milik Cinderella. Gadis muda itu tampak sedang berada di tengah-tengah pesta meriah di istana raja. Terdengar musik dangdut menggema, menggetarkan jendela-jendela kaca. Dari bayang-bayang, gadis itu tampak sedang merem-melek berjoget bersama pangeran bungsu yang tampan.
Tak mau gagal fokus, Alice terus mengikuti gerak Ella hingga gadis itu iseng banget bermain petak umpet di halaman istana bersama pangeran dan dayang-dayangnya. Sesuai skenario yang tertulis di dalam file yang di unduhnya, pada saat Unyil yang jadi kucing, Alice memasukkan kakinya ke dalam kumparan asap. Dan... brakkk!!! Kakinya berhasil menyandung lari Ella. Gadis cantik nan muna itu jatuh terjerembab. Dalam sekejap, Alice menyambar satu sisi sepatu kaca yang tergeletak tak jauh darinya. Lalu dengan sekuat tenaga ia membebaskan diri dari belitan asap, menaruh sepatu itu di atas tatakan, dan mengayunkan martil yang dipinjamnya dari Thor untuk meremukkan sepatu itu.
Praaannnggg!!!
Priiinnnggg!!!
Pruuunnnggg!!!
Sepatu itu hancur lebur berkeping-keping. Lalu keajaiban terjadi, kumparan asap yang tadinya memenuhi gudang, kini berputar-putar, mengecil, lalu menyelip hilang dari lubang kunci. Dengan keringat dingin dan tangan gemetar, Alice terduduk lemas. Tenaganya terkuras untuk mengangkat martil milik Thor. Dengan sisa energi ia mencari-cari dan kemudian memeluk erat boneka kelinci berompi pink kesayangannya hingga tertidur kelelahan.
* * *
Cuit, cuit, cuit... begitu bunyi celoteh burung-burung pagi. Hari cerah menyertai terbitnya matahari. Pada kokok ayam jantan ke 1.217 kali, Alice terbangun oleh suara gedebuk lemparan koran pagi. Ia mengusap mata dan bergegas keluar rumah untuk memungut koran itu. Saat menghadapkan halaman pertama koran itu ke wajahnya, kedua bola matanya terbelalak kaget membaca berta utama koran Kempes edisi pagi ini:
Nightmare at Dayatland!
Judul kecil di bawahnya tertulis:
Si Jahat Cinderella Terkena Kutukannya Sendiri
Belum juga separagraf ia membaca, tetoottt! WA-nya berbunyi nyaring. Emoji joget-joget datang dari "Anastasia Asik Bingitz", disusul emoji sun dengan bibir tebal meluap dari "Drizella Ayank Deh".
"Makasi, kakaaaa" tulis Anastasia. "Sekarang kami sudah terbebas dari kutukan," susul Drizella.
"Sama-sama," tulis Alice dilengkapi emoji seorang gadis menunduk hormat.
"Kak, tau gak apa yang terjadi di Dayatland?"
"Yahh gak taulah," balas Alice.
"Sekarang Dayatland sudah gak seseram sebelumnya. Kutuk terkutuk yang dibawa Cinderella sudah pupus. Kini Dayatland bisa jadi surga terindah untuk dihuni siapa pun.
"Yeayyy!!!" Alice melonjak-lonjak kegirangan. Tapi sebuah colekan di bokongnya menghentikan gerakan semoknya.
Narator: Udah, udah... kisah ini udah kepanjangan nih. Gue paksa tutup nih. Bentar. Gue gooling dulu cari quote paling keren. Sebagai penutup. Hm. Ini aja. Ah, gak asik. Ganti. Yang ini. Kayahnya keren nih. Pasti dong.
"... and they lived happily ever after!"
[]
- Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan
- Sumber inspirasi: Kisah Alice in Wonderland & Cinderella
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H