Saya hampir tertawa terpingkal-pingkal membaca headline Kompas.com Selasa, 20 Agustus 2013 | 20:58 WIB. Judulnya lugas: Takut Diusir Basuki, Pedagang Tanaman di Senayan Tertibkan Diri. Otomatis pikiran saya melayang pada masa awal pemerintahan Jokowi-Ahok atas wilayah DKI Jakarta. Saat itu Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang kerap dipanggil Ahok, "mendeklarasikan" diri sebagai Si Polisi Jahat dan bersama Jokowi memainkan peranan Good Cop Bad Cop.
Diberitakan, ada yang berbeda di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2013) sore. Trotoar di sisi selatan jalan Balai Sidang Senayan hingga gerbang Jalan Gelora Bung Karno yang biasanya dijejali tanaman hias sehingga nyaris menutupi area pejalan kaki, tiba-tiba lengang. Ruas jalan sepanjang 500 meter itu yang biasanya sulit dilewati karena macet, makjleb jadi sedap dipandang.
Ada apa gerangan? Dengarlah pengakuan berikut: "Ini murni kesadaran kami. Soalnya Ahok (Basuki) kayaknya enggak main-main kalau soal fasilitas umum. Pelajarannya sudah ada. Lihat aja Pasar Tanah Abang dan Jatinegara. PKL yang di trotoar direlokasi dan jadi nyaman berlalu lintas di sana," kata Mansyur, salah satu pedagang tanaman hias di Jalan Gerbang Pemuda.
Pedagang sadar bahwa suatu saat bisa diusir. Apalagi setelah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta mereka mundur dua meter jika tidak ingin diusir. "Instruksi resmi belum ada. Kita baru dengar-dengar saja dari media. Habis itu, saya gerakin teman-teman supaya nurut aturan dan kasih jarak trotoar untuk pejalan kaki 1,5 meteran," lanjut mantan Wakil Ketua Paguyuban Pedagang Tanaman Hias Gelora.
Wow!
Masih menurut Mansyur, sebenarnya lima tahun lalu Gubernur Fauzi Bowo sudah memberikan aturan bahwa pedagang harus memberi ruang satu meter di trotoar jalan. Pemprov DKI memberi batas garis kuning selebar satu meter di trotoar jalan. Namun, larangan itu tak digubris. Bahkan, kata Mansyur, tidak ada ketegasan dari pemerintah sehingga pedagang pun tak takut melanggar aturan.
Menurut berita tersebut, kini garis kuning yang dimaksud Mansyur itu masih tampak di sisi trotoar. Bahkan pedagang memundurkan tanamannya setengah meter di belakang garis kuning itu.
Nah, lain lagi nih dengan seorang pedagang di sana bernama Hakim. Ia berujar, "Semoga Pak Ahok masih memberi kami tempat di sini. Kami berjanji akan tertib." Kata Hakim, janjinya bukan sekadar janji. Selain memundurkan tanaman jualannya dari trotoar sejak Selasa, ia bersama pedagang lain juga mengecat secara swadaya sisi trotoar dengan cat hitam dan putih. Supaya rapi dan indah.
Hahaha!
Membaca berita itu, membuat pikiran saya surut dan termenung atas apa yang terjadi dengan PKL di Tanah Abang. Sebagai orang daerah yang tidak tahu-menahu kisah tentang jalan itu, hanya bisa bertanya-tanya. Sejak kapan sih Tanah Abang sudah begitu (dipenuhi PKL)? Dan, apa sih hebatnya si cungkring Jokowi sehingga mampu mengosongkan jalan itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H