Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tahun Ricuh Politik yang Menggalaukan

19 April 2014   20:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar kata orang-orang bahwa tahun 2014 adalah tahun politik. Namun tafsir atas pernyataan ini mungkin di luar dugaan banyak orang awam seperti saya.  Orang awam seperti saya memaknainya sebagai tahun diselenggarakannya aktivitas pemilu, mulai dari Pileg, Pilpres, sampai pelantikan presiden baru dan pembentukan kabinet.

Namun, seperti bila Anda salah masuk restoran dan mendapati hidangan yang tak sesuai harapan, demikianlah sajian menu bertajuk "tahun politik". Yang terhidang adalah ricuh politik, yang diparadekan kaum elit dengan memobilisasi segala daya upaya. Di tengah bujuk rayu agar golput menurun, perang beramunisi puisi merebak. Semua orang berbicara dengan akun-akun dadakan tak jelas di media sosial. Masa Pileg yang seharusnya sebagai kesempatan untuk menerawang caleg-caleg, berubah menjadi hiruk-pikuk Pilpres.

Dan, lihatlah, berakhirnya Pileg, tidak juga meredakan suasana. Malah menjadi kesempatan untuk melakukan konsolidasi dan menyusun strategi baru, utamanya kampanye menyerang personal yang kentara sekali lebay-nya. Kondisi ini membuat banyak orang dilanda galau. Tidak tanggung-tanggung, salah seorang yang turut dibuat galau adalah Dr. Yuddy Chrisnandi. Siapakah dia?

Yuddy Chrisnandi adalah doktor politik lulusan UI yang pernah menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009 dan sempat mencalon diri menjadi Capres Independen pada pemilu 2009-2014. Sebelum bergabung dengan Partai Hanura, ia berkiprah di Partai Golkar. Di Hanura, ia sempat menjabat Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) sebelum digantikan oleh Hary Tanoesoedibjo.

Konsultan, komisaris di beberapa perusahaan, dan Bapak dosen ini memilih media Twitter, @yuddychrisnandi dengan 67.7K follower, untuk menuangkan kegalauannya pada Selasa (15/4) malam. Berikut tweet beliau:

‏@yuddychrisnandi:
Kadang sy bingung, ada org ga kenal,di medsos, tiba2 sewot, marah2, jelek2an org, menyerang, mendegradasi...sakit jiwa kali org itu..

@yuddychrisnandi:
Ada org yg kenalpun tidak dg Jokowi, tahu pun tidak, pernah bermasalahpun tidak. Tiba2 menyerang Jokowi, menjelek2an..buat sy itu aneh.

@yuddychrisnandi:
Jokowi memang bukan pemimpin yg paripurna. Tidak sepandai para Profesor. Tdk sehebat Bung Karno. Tapi rakyat merindukannya. Mari Legowo.

@yuddychrisnandi:
Tidak ada ruginya jika kita ikuti kehenda rakyat. Bantu Pemimpin yg diinginkan rakyat. Di posisi apapun kita, bisa turut berperan serta.

@yuddychrisnandi:
Indonesia memerlukan banyak Negarawan, para pemimpin yg berpikir dan berbuat tanpa sekat partisan. Melihat masalah dg jernih dan bijaksana

‏@yuddychrisnandi:
Semua Capres tdk ada yg buruk. Tidak ada juga yg sempurna. Semua terpanggil demi bangsa. Mari kita hargai keterpanggilannya.

‏@yuddychrisnandi:
Bang Ical, Pak Prabowo dan Mas Jokowi, adalah putra Terbaik Indonesia di Era ini. Mari kita hormati bersama, beri kesempatan yg sama.

@yuddychrisnandi:
Kematangan Demokrasi adalah kesabaran utk menahan diri tidak saling mencaci. Berikan apresiasi. Jgn selalu mencari kelemahan.

@yuddychrisnandi:
Kepada siapapun dukungan kita berikan utk Capres RI, inilah demokrasi, tdk perlu membenci dan mencaci maki. Belajar hargai Demokrasi.

Rangkaian tweet tersebut kemudian ia akhiri dengan imbaun, "Mari kita bantu para Capres utk Indonesia. Siapapun pilihan kita. Jgn sekedar menjadi "penjaga" atau "penyerang" bayaran di Medsos". Setelah itu, ia pun menuliskan tweet pamit:

@yuddychrisnandi:
Sekian, santapan rohani malam ini. Selamat malam, selamat beristirahat. Lupakan pileg, sdh usai, sambut Pilpres utk kemajuan RI.Gut nait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun