Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menonton "Yang Ketu7uh"

25 September 2014   22:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang jauh di belakang, adalah kenangan
Yang jauh di depan, adalah harapan
Dan film ini, ingin mendekatkan keduanya

Ini kisah tentang orang biasa: Orang-orang yang menyantap mi instan bersama nasi putih dengan lauk telur dadar. Yang saat mandi pagi harus sabar menanti giliran. Yang saat tidur malam berimpit di landai lantai. Yang saat pergi dan pulang melewati gang-gang sempit yang dikepit rumah-rumah semi permanen. Dan jikalau ditanya mengenai ending, maka itu adalah kemenangan orang biasa dalam meraih posisi luar biasa.

Ada kisah tentang Nenek Nita, janda 60 tahun yang bekerja sebagai buruh cuci dan asisten rumah tangga di Tangerang, Banten. Ada cerita tentang Amin Jalalen, seorang petani penggarap tanah milik negara yang berdomisili di Indramayu. Ada pula keseharian Suparno dan Sutara, buruh bangunan dan tukang ojek yang berdomisili di kawasan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Mereka berempat, mungkin seperti Anda dan saya, selama beberapa bulan ini menghirup harapan dan disuapi janji-janji para politisi dan parpai politik. Alhasil, mereka memercayakan masa depan lewat hak pilih yang mereka miliki, dengan harapan perubahan adalah kata "kerja" yang akan diwujudkan oleh para pemegang janji.

Menonton film ini, Anda akan disuguhi kenangan masa kampanye yang terasa baru terjadi "tadi pagi" namun mengharukan, bahkan menggemaskan sebagai kenangan. Anda sebagai (mantan) relawan (kubu mana pun) ataupun tidak terlibat apa-apa, perasaan Anda akan terwakili di dalam filmnya.

Film ini selayaknya ditonton oleh orang-orang dari kedua kubu (calon) presiden, sebagai refleksi dan untuk menakar apakah memang esensi keringat dan air mata orang-orang biasa seperti mereka inilah yang Anda sesap untuk diformulasikan menjadi janji-janji kampanye dalam meniti karier poilitik?

Dan, kepada Sang Presiden Ketu7uh, film ini akan mengawal perjalanan jabatan Anda. Dengan diputar di gedung-gedung bioskop, film karya sutradara Dandhy Dwi Laksono dari rumah produksi WatchdoC bersama 19 videografer ini, akan menggalang kesadaran kolektif untuk menjadi saksi massal dan masif untuk mengawal pemerintahan Anda.

Bapak Presiden (dan Wakil Presiden) terpilih, maaf, ini bukan sejenis intimidasi buat masa lima tahun dalam hidup Bapak-bapak. Melainkan turut menjaga agar kereta yang Bapak-bapak kemudikan tidak keluar dari rel. Namun apabila Bapak-bapak menangkap nada-nada intimidatif, terimalah dengan lapang dada sebagai suara-suara yang selama ini Bapak-bapak wartakan di podium-podium kampanye.

Pesan sangat kuat juga seharusnya teralamatkan kepada para menteri dan pejabat siapa pun dalam gerbong Presiden Ketu7uh nantinya. Anda mungkin hanya menjadi penonton dalam "Perang Kurusetra" yang lalu, entah karena Anda akademisi atau orang yang disebut profesional murni. Nontonlah, dan pahami getar nadi warga biasa ini, dan sesaplah harapan dan janji yang ditawarkan (calon) Presiden Anda, agar semua itu mengalir dalam denyut darah Anda selama bekerja selama lima tahun ke depan.

Mungkin hanya itu, tidak lebih dari itu pesan utama film ini. Tapi layak Anda tonton. Ada yang hangat akan dititipkan di dalam dada Anda, meskipun Anda menontonnya di gedung bioskop ber-AC. Bahkan sekalipun terasa lebih dingin karena banyak bangku yang kosong di siang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun