Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Merayakan Raihan 50.000 Poin di PasangMata

14 November 2014   13:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_375093" align="aligncenter" width="450" caption="Kecil-kecil tapi sudah pintar pakai helm. Malu tuh yang sudah dewasa tapi malas menuruti peraturan."]

14158967081608055871
14158967081608055871
[/caption]

Banyak tema atau topik yang bisa Anda angkat ke permukaan. Jika setahun yang lalu kategori yang disediakan belum banyak, saat ini kanal/kategori yang bisa Anda isi sudah berjumlah 31 topik, mulai dari #Cuaca sampai #KabutAsap, dari #YangUnik hingga #KeretaApi, soal #Pemilu2014 sampai #BBMLangka. Bahkan lebih luas lagi, karena tersedia kategori #Umum yang bisa digunakan untuk memajang hasil memata-matai yang tidak terakomodasi oleh daftar Topik yang ada.

[caption id="attachment_375094" align="aligncenter" width="300" caption="Daftar Topik yang harus Anda pilih saat hendak mengirimkan kontribusi."]

14158967731343501871
14158967731343501871
[/caption]

Dalam Suka dan Duka Membangun Kepedulian

Setelah hampir setahun menjadi Mata-mata, saya menemukan diri saya turut berubah. Mata saya sudah lebih terbuka lebar untuk mengamati perilaku berlalu lintas dan sarana penunjang lainnya, perhatian saya pada keselamatan berkendara kian meninggi, kepedulian pada perilaku sosial/masyarakat kian tebal. Dan lebih dari itu semua, semangat untuk "bersuara" kian kuat.

Salah satu hal nyata yang bisa saya lakukan adalah mengangkat isu tertentu ke permukaan. Misalnya, saat kota Yogyakarta merayakan ulang tahunnya, saya menulis soal parahnya kondisi graffiti karya tangan jail yang merusak keindahan kota wisata ini melalui artikel di Kompasiana (baca: Moreng Wajah Kota Yogyakarta di Usia 258).

Selain itu, banyak hal "kecil" yang membahagiakan lainnya. Cukup banyak foto di PasangMata yang setelah diunggah, mendapat perhatian dan perbaikan dari pihak yang terkait. Tembok instansi tertentu yang “rusak” oleh coretan, kemudian dicat ulang. Rambu jalan yang dicorat-coret, kemudian diganti. Rambu lalu lintas yang ditempeli berbagai stiker, kemudian dibersihkan.

Selain itu, sekarang saya mendapat kesempatan untuk lebih banyak berjalan kaki. Saat istirahat makan siang misalnya, sering kali saya memarkir kendaraan di Jalan Malioboro lalu menelusuri trotoar hingga ke stasiun kereta api Tugu. Atau, bila ke Surabaya saya sering kali berjalan kaki dari stasiun kereta api Gubeng hingga toko buku Gramedia di Jalan Basuki Rakhmat. Terakhir kali saat ke Surabaya, saya menyusuri jalan panjang Mayjen Sungkono dan menemukan betapa parah trotoar di jalan itu. Andai saya punya akses ke Bu Risma, tentu saya sudah mengajak beliau jalan kaki saat itu :)

[caption id="attachment_375095" align="aligncenter" width="450" caption="Sebagian ruas trotoar di Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya."]

1415896888967288581
1415896888967288581
[/caption]

Selama hampir setahun ini, saya bisa menorehkan beberapa catatan kecil. Izinkan saya share di sini.


  • Pedestrian kita jelek sekali. Kita ternyata bukanlah kaum urban yang gemar berjalan kaki. Mungkin itu sebabnya kecepatan berjalan kaki kita kalah dibandingkan orang Singapura.
  • Pelanggaran peraturan pemakaian helm saat berkendara, sangat kurang dihargai. Helm ibarat benda yang sangat ditolak oleh tubuh pengendara.
  • Untuk konteks Yogyakarta, vandalisme tampaknya sudah di atas ambang toleransi, apalagi bila Yogyakarta diposisikan sebagai tujuan wisata domestik dan internasional.
  • Selebihnya, soal-soal dalam rentang bonceng tiga, ketertiban parkir, melawan arus, serta serakan sampah.

* * *

Demikian catatan kecil ini saya tuliskan untuk merayakan kebersamaan saya dengan PasangMata. Apabila tulisan ini dibaca banyak orang dan membawa kesadaran baru, atau menjadi titik acuan pengambilan kebijakan perbaikan oleh pihak yang terkait, itu bonus yang luar biasa bukan buat saya—tetapi masyarakat luas. Saya memimpikan kondisi jalanan dan sekitarnya di negara kita akan kian beradab, sehingga Presiden Jokowi tidak hanya memuji kota Tianjin setinggi itu dalam blusukan-nya saat menghadiri KTT APEC yang lalu, melainkan pujian juga ditujukan untuk kota-kota yang ada di Indonesia. Semoga. Dan, dalam waktu yang “tidak pakai lama”.

Jadi, terima kasih PasangMata...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun