Kamis, 13 November 2014, saya merayakan raihan 50.000 poin atas kontribusi di media warga bernama PasangMata.com (selanjutnya ditulis "PasangMata"). Tentu saja bukan perayaan dalam arti yang sesungguhnya, melainkan sebuah percikan pemicu titik api motivasi mengingat perjalanan untuk mencapai 50 ribu poin ini ibarat menempuh track lari maraton—cukup menguji stamina. Sekaligus di sisi lain, tulisan ini hendak menjadi kado apresiasi untuk membesarkan hati mengingat kuat dugaan 50 ribu poin adalah jumlah tertinggi di antara para Mata-mata—sebutan untuk kontributor PasangMata.
Saat Anda membaca artikel ini dan mengecek akun saya di PasangMata, jumlah poin ini tentu saja sudah bertambah. Sampai sejauh ini, saya tak mampu mengingat riwayat raihan poin ini. Namun saat mengecek DASHBOARD akun di PasangMata, saya mendapati informasi yang sangat menolong. Ternyata raihan poin itu didasarkan pada kontribusi sebanyak 1597 plus 9 yang berhasil masuk ke Detikcom.
[caption id="attachment_375083" align="aligncenter" width="500" caption="Ini tampilan Dashboard PasangMata."][/caption]
Sejak kapan saya berpartisipasi menjadi "relawan" PasangMata? Hm, saya tak punya ingatan akan hal ini. Lalu iseng saya mengecek di bagian lain dan memperoleh informasi pembukaan akun pada 3 Desember 2013. Namun kuat dugaan, saya mulai berkontribusi pada awal tahun ini, berdasarkan ingatan pada foto-foto dengan momen Imlek 2014 yang saya unggah, dan mendapat respons tayang yang cepat dari Redaksi.
Sebagai kisah kilas balik, masih terekam dengan jelas bagaimana saya "menemukan" PasangMata. Saat itu, sebagaimana kebanyakan orang lainnya, saya rutin membuka portal berita Detikcom. Pada suatu ketika, saya menemukan tampilan yang agak berbeda. Ada bentangan selebar layar, menyajikan foto-foto unik terutama bertema perilaku berlalu lintas yang melanggar aturan. Dalam rentang waktu tertentu, bentangan serial foto itu seolah bagian dari rubrik portal tersebut. Tapi ternyata tidak. Iseng menelusurinya lebih detail, saya mendapat informasi di ABOUT yang menjawab pertanyaan di benak saya:
[caption id="attachment_375085" align="aligncenter" width="450" caption="Beginilah tampilan awal PasangMata yang saya jumpai."]
JADILAH MATA-MATA INFORMASI
PasangMata.com adalah media warga dari detikcom yang dapat menjadi wadah bagi siapa saja dalam memberikan berita atau info peristiwa melalui platform online (web dan mobile apps).
Setiap kontribusi yang Anda kirimkan berupa teks, foto dan video akan dihitung poin melalui sistem detikconnect. Pastikan Anda login melalui akun detikconnect ketika mengirimkan kontribusi.
Jangan hanya diam ketika menyaksikan suatu peristiwa menarik, tapi laporkan ke PasangMata.com karena Anda adalah Mata-mata kami. Informasi ter-update yang Anda miliki, berharga untuk para pembaca.
Inilah kesempatan untuk menjadi bagian dari dunia media online sekaligus mengumpulkan poin untuk mendapatkan hadiah dari PasangMata.com.
PasangMata menyediakan format laporan warga berupa Teks, Foto, dan Video. Setiap kontribusi harus melalui persetujuan Redaksi untuk dapat ditayangkan. Ada sejumlah “Syarat dan Ketentuan” sebagai aturan main yang bisa Anda baca di sini. Dalam soal mengunggah, Anda bisa menggunakan website di PasangMata.com atau melalui format mobile. Selain itu, bagi pengguna Android, sudah tersedia Apps yang bisa Anda unduh di sini.
[caption id="attachment_375088" align="aligncenter" width="450" caption="Banyak juga permintaan Apps untuk BlackBerry, namun hanya tersedia untuk Android."]
Setiap kontribusi yang ditayangkan, akan dihargai dengan sisten poin. Berita Teks akan diapresiasi 20 poin, foto akan diganjar 30 poin, dan kontribusi video dihargai 50 poin. Apabila materi kiriman Anda digunakan untuk Detikcom, pundi-pundi poin Anda akan bertambah (seingat saya) 200 poin.
Pihak Detikcom tidak selalu hanya menggunakan materi Anda. Terkadang Anda juga ditelepon untuk menindaklanjuti sebuah isu. Misalnya saat Gunung Kelud menyemburkan abu hingga ke Yogyakarta atau kontribusi laporan soal gempa. Demikian juga saat terjadi kehebohan karena kelangkaan BBM. Saya tiba-tiba ditelepon oleh wartawan Detikcom untuk meminta penjelasan lebih detail, dan kemudian diangkat olehnya menjadi berita di Detikcom.
[caption id="attachment_375089" align="aligncenter" width="450" caption="Salah satu bentuk apresiasi untuk Mata-mata."]
Dari poin yang berhasil Anda kumpulkan, secara berkala akan ada even penukaran hadiah. Misalnya even 3-17 November 2014, Mata-mata boleh menukarkan poinnya dengan HP, Power Bank, dan Voucher belanja. Sebuah bentuk apresiasi yang selayaknya dan patut dihargai guna memicu motivasi dan memacu semangat. Meskipun pada akhirnya, kepuasan batin menjadi orang yang bermanfaat jauh lebih berharga.
Momen-momen Bidikan Akan Menghampiri Anda
Untuk menjadi Mata-mata, Anda tidak perlu ribet menyediakan waktu khusus. Setidaknya seperti yang saya lakukan, dengan status sebagai karyawan swasta yang harus mengantor pukul 08-18 WIB. Mengalir saja. Rumusan dosisnya, 3 x sehari sebelum dan sesudah makan. Maksudnya, bersiagalah menangkap momen saat Anda berangkat dan pulang kantor, plus saat Anda keluar dan kembali ke kantor saat makan siang. Selain itu ada bonusnya, yaitu saat Anda keluar rumah untuk berekreasi baik hari biasa ataupun week end, serta bila Anda menempuh perjalanan ke luar kota.
[caption id="attachment_375090" align="aligncenter" width="450" caption="Anda menjumpai trotoar rusak? PasangMata-kan saja."]
[/caption]14158965231949301697
Banyak momen yang bisa jadi sasaran kamera Anda. Momen-momen itu sering kali akan menghampiri Anda. Sebagai misalnya, saat Anda berhenti di traffic light, lebarkan mata dan pandang sekeliling Anda. Amatilah, adakah kendaraan yang melanggar zebra cross? Pemotor yang tidak menggunakan helm? Bonceng motor bertiga atau berempat? Pelat nomor motor atau mobil yang masa berlakunya sudah kadaluarsa atau dimodifikasi seenaknya? Jalan berlubang? Rambu dicorat-coret tangan jail? Pegendara melawan arus? Sampah berceceran di jalan? Dan, banyak lagi.
[caption id="attachment_375092" align="aligncenter" width="450" caption="Termasuk pelanggaran favorit: lewat batas dan tidak pakai helm."]
[/caption]14158966123954905
Tidak selalu hal-hal negatif yang bisa menjadi materi bidikan Anda. Hal-hal positif yang patut diangkat sebagai sebuah keteladanan, pun amat berharga untuk dibagikan. Misalnya, saat Anda menjumpai anak kecil memakai helm saat dibonceng sepeda motor, potretlah untuk dibagikan. Demikian pula saat Bapak Polisi sedang bertugas, atau tukang sampah yang sedang bekerja. Pada saat hujan dan banjir di awal tahun ini, saya sempat memotret seorang pengendara yang sukarela membersihkan penutup got agar air yang menggenang tinggi di jalanan bisa surut. Foto ini kemudian memenangkan foto mingguan terbaik, dan atas foto ini saya mendapat apresiasi kaos eksklusif PasangMata.
[caption id="attachment_375093" align="aligncenter" width="450" caption="Kecil-kecil tapi sudah pintar pakai helm. Malu tuh yang sudah dewasa tapi malas menuruti peraturan."]
[/caption]14158967081608055871
Banyak tema atau topik yang bisa Anda angkat ke permukaan. Jika setahun yang lalu kategori yang disediakan belum banyak, saat ini kanal/kategori yang bisa Anda isi sudah berjumlah 31 topik, mulai dari #Cuaca sampai #KabutAsap, dari #YangUnik hingga #KeretaApi, soal #Pemilu2014 sampai #BBMLangka. Bahkan lebih luas lagi, karena tersedia kategori #Umum yang bisa digunakan untuk memajang hasil memata-matai yang tidak terakomodasi oleh daftar Topik yang ada.
[caption id="attachment_375094" align="aligncenter" width="300" caption="Daftar Topik yang harus Anda pilih saat hendak mengirimkan kontribusi."]
[/caption]14158967731343501871
Dalam Suka dan Duka Membangun Kepedulian
Setelah hampir setahun menjadi Mata-mata, saya menemukan diri saya turut berubah. Mata saya sudah lebih terbuka lebar untuk mengamati perilaku berlalu lintas dan sarana penunjang lainnya, perhatian saya pada keselamatan berkendara kian meninggi, kepedulian pada perilaku sosial/masyarakat kian tebal. Dan lebih dari itu semua, semangat untuk "bersuara" kian kuat.
Salah satu hal nyata yang bisa saya lakukan adalah mengangkat isu tertentu ke permukaan. Misalnya, saat kota Yogyakarta merayakan ulang tahunnya, saya menulis soal parahnya kondisi graffiti karya tangan jail yang merusak keindahan kota wisata ini melalui artikel di Kompasiana (baca: Moreng Wajah Kota Yogyakarta di Usia 258).
Selain itu, banyak hal "kecil" yang membahagiakan lainnya. Cukup banyak foto di PasangMata yang setelah diunggah, mendapat perhatian dan perbaikan dari pihak yang terkait. Tembok instansi tertentu yang “rusak” oleh coretan, kemudian dicat ulang. Rambu jalan yang dicorat-coret, kemudian diganti. Rambu lalu lintas yang ditempeli berbagai stiker, kemudian dibersihkan.
Selain itu, sekarang saya mendapat kesempatan untuk lebih banyak berjalan kaki. Saat istirahat makan siang misalnya, sering kali saya memarkir kendaraan di Jalan Malioboro lalu menelusuri trotoar hingga ke stasiun kereta api Tugu. Atau, bila ke Surabaya saya sering kali berjalan kaki dari stasiun kereta api Gubeng hingga toko buku Gramedia di Jalan Basuki Rakhmat. Terakhir kali saat ke Surabaya, saya menyusuri jalan panjang Mayjen Sungkono dan menemukan betapa parah trotoar di jalan itu. Andai saya punya akses ke Bu Risma, tentu saya sudah mengajak beliau jalan kaki saat itu :)
[caption id="attachment_375095" align="aligncenter" width="450" caption="Sebagian ruas trotoar di Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya."]
[/caption]1415896888967288581
Selama hampir setahun ini, saya bisa menorehkan beberapa catatan kecil. Izinkan saya share di sini.
- Pedestrian kita jelek sekali. Kita ternyata bukanlah kaum urban yang gemar berjalan kaki. Mungkin itu sebabnya kecepatan berjalan kaki kita kalah dibandingkan orang Singapura.
- Pelanggaran peraturan pemakaian helm saat berkendara, sangat kurang dihargai. Helm ibarat benda yang sangat ditolak oleh tubuh pengendara.
- Untuk konteks Yogyakarta, vandalisme tampaknya sudah di atas ambang toleransi, apalagi bila Yogyakarta diposisikan sebagai tujuan wisata domestik dan internasional.
- Selebihnya, soal-soal dalam rentang bonceng tiga, ketertiban parkir, melawan arus, serta serakan sampah.
* * *
Demikian catatan kecil ini saya tuliskan untuk merayakan kebersamaan saya dengan PasangMata. Apabila tulisan ini dibaca banyak orang dan membawa kesadaran baru, atau menjadi titik acuan pengambilan kebijakan perbaikan oleh pihak yang terkait, itu bonus yang luar biasa bukan buat saya—tetapi masyarakat luas. Saya memimpikan kondisi jalanan dan sekitarnya di negara kita akan kian beradab, sehingga Presiden Jokowi tidak hanya memuji kota Tianjin setinggi itu dalam blusukan-nya saat menghadiri KTT APEC yang lalu, melainkan pujian juga ditujukan untuk kota-kota yang ada di Indonesia. Semoga. Dan, dalam waktu yang “tidak pakai lama”.
Jadi, terima kasih PasangMata...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H