[caption id="attachment_375093" align="aligncenter" width="450" caption="Kecil-kecil tapi sudah pintar pakai helm. Malu tuh yang sudah dewasa tapi malas menuruti peraturan."]
Banyak tema atau topik yang bisa Anda angkat ke permukaan. Jika setahun yang lalu kategori yang disediakan belum banyak, saat ini kanal/kategori yang bisa Anda isi sudah berjumlah 31 topik, mulai dari #Cuaca sampai #KabutAsap, dari #YangUnik hingga #KeretaApi, soal #Pemilu2014 sampai #BBMLangka. Bahkan lebih luas lagi, karena tersedia kategori #Umum yang bisa digunakan untuk memajang hasil memata-matai yang tidak terakomodasi oleh daftar Topik yang ada.
[caption id="attachment_375094" align="aligncenter" width="300" caption="Daftar Topik yang harus Anda pilih saat hendak mengirimkan kontribusi."]
[/caption]14158967731343501871
Dalam Suka dan Duka Membangun Kepedulian
Setelah hampir setahun menjadi Mata-mata, saya menemukan diri saya turut berubah. Mata saya sudah lebih terbuka lebar untuk mengamati perilaku berlalu lintas dan sarana penunjang lainnya, perhatian saya pada keselamatan berkendara kian meninggi, kepedulian pada perilaku sosial/masyarakat kian tebal. Dan lebih dari itu semua, semangat untuk "bersuara" kian kuat.
Salah satu hal nyata yang bisa saya lakukan adalah mengangkat isu tertentu ke permukaan. Misalnya, saat kota Yogyakarta merayakan ulang tahunnya, saya menulis soal parahnya kondisi graffiti karya tangan jail yang merusak keindahan kota wisata ini melalui artikel di Kompasiana (baca: Moreng Wajah Kota Yogyakarta di Usia 258).
Selain itu, banyak hal "kecil" yang membahagiakan lainnya. Cukup banyak foto di PasangMata yang setelah diunggah, mendapat perhatian dan perbaikan dari pihak yang terkait. Tembok instansi tertentu yang “rusak” oleh coretan, kemudian dicat ulang. Rambu jalan yang dicorat-coret, kemudian diganti. Rambu lalu lintas yang ditempeli berbagai stiker, kemudian dibersihkan.
Selain itu, sekarang saya mendapat kesempatan untuk lebih banyak berjalan kaki. Saat istirahat makan siang misalnya, sering kali saya memarkir kendaraan di Jalan Malioboro lalu menelusuri trotoar hingga ke stasiun kereta api Tugu. Atau, bila ke Surabaya saya sering kali berjalan kaki dari stasiun kereta api Gubeng hingga toko buku Gramedia di Jalan Basuki Rakhmat. Terakhir kali saat ke Surabaya, saya menyusuri jalan panjang Mayjen Sungkono dan menemukan betapa parah trotoar di jalan itu. Andai saya punya akses ke Bu Risma, tentu saya sudah mengajak beliau jalan kaki saat itu :)
[caption id="attachment_375095" align="aligncenter" width="450" caption="Sebagian ruas trotoar di Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya."]
[/caption]1415896888967288581
Selama hampir setahun ini, saya bisa menorehkan beberapa catatan kecil. Izinkan saya share di sini.
- Pedestrian kita jelek sekali. Kita ternyata bukanlah kaum urban yang gemar berjalan kaki. Mungkin itu sebabnya kecepatan berjalan kaki kita kalah dibandingkan orang Singapura.
- Pelanggaran peraturan pemakaian helm saat berkendara, sangat kurang dihargai. Helm ibarat benda yang sangat ditolak oleh tubuh pengendara.
- Untuk konteks Yogyakarta, vandalisme tampaknya sudah di atas ambang toleransi, apalagi bila Yogyakarta diposisikan sebagai tujuan wisata domestik dan internasional.
- Selebihnya, soal-soal dalam rentang bonceng tiga, ketertiban parkir, melawan arus, serta serakan sampah.
* * *
Demikian catatan kecil ini saya tuliskan untuk merayakan kebersamaan saya dengan PasangMata. Apabila tulisan ini dibaca banyak orang dan membawa kesadaran baru, atau menjadi titik acuan pengambilan kebijakan perbaikan oleh pihak yang terkait, itu bonus yang luar biasa bukan buat saya—tetapi masyarakat luas. Saya memimpikan kondisi jalanan dan sekitarnya di negara kita akan kian beradab, sehingga Presiden Jokowi tidak hanya memuji kota Tianjin setinggi itu dalam blusukan-nya saat menghadiri KTT APEC yang lalu, melainkan pujian juga ditujukan untuk kota-kota yang ada di Indonesia. Semoga. Dan, dalam waktu yang “tidak pakai lama”.
Jadi, terima kasih PasangMata...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H