Untuk adik-adikku...
Ikatan persaudaraan kita memang bukan muncul karena kita dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sama, akan tetapi rasa persaudaraan ini muncul dari rahim kepedulian dan ketulusan. Mengenal kalian adalah bagian dari episode kehidupan yang tak akan pernah terlupakan.
Sejak libur hari besar beberapa waktu yang lalu hingga libur tahun baru kemarin, rasanya pikiran kakak selalu melayang ke bumi Tengger dan menatap wajah kalian satu persatu. Mungkin karena kekhawatiran, mungkin juga karena rasa rindu yang terlalu mendalam. Libur panjang dan peringatan hari tertentu memang sangat di tunggu, tak hanya oleh pelajar karena esok libur sekolah akan tetapi juga orang dewasa yang sejenak akan liburan bersama keluarga. Tentu ini bukan hal yang salah, setelah kita belajar terus menerus, bekerja terus menerus, meninggalkan keluarga setiap waktu kita harus adil kepada badan ini untuk menikmati indahnya liburan.
Adik-adikku....
Tepatnya sejak menjelang tahun baru, sering sekali kakak melihat remaja seusia kalian secara berombongan, berkonvoi ketempat pariwisata atau tempat tempat tertentu untuk sekedar “nongkrong”. Apakah ini salah? Tentunya ini bukan hal yang salah, bahkan sangat wajar karena seusia kalian memang paling senang berkumpul bersama teman sebayanya. Bernyanyi di pinggir jalan tertawa bersama teman-teman tentunya sangat membahagiakan, apakah ini salah juga? Selama ini tidak mengganggu warga sekitar tentunya hal ini tidak jadi masalah. Bahkan siapa tahu dari hobi menyanyi bersama teman-teman bakat kalian akan tersalurkan dan membawa kalian menjadi penyanyi sekelas harris J yang sedang di gandrungi remaja saat ini, atau seperti Iwan Fals yang sangat legendaris.
Adik-adikku...
Kakak sedih karena apa yang dilakukan remaja seusia kalian bukan hanya itu. Ada oplosan disela-sela obrolan, ada “grayang-grayang” dibalik kegelapan entah mereka sedang apa, yang jelas ada remaja putra dan putri dibalik kegelapan itu. Tak hanya itu, ada konvoi yang mengganggu kenyamanan, model motor modif agar dibilang kekinian dengan gaya borjuis berkantong tipis mereka “ngalor-ngidul” ngegas motor seolah memberi informasi jika motor yang kini telah dimodif hingga saat ini belum juga terlunasi. Pil koplo tak ketinggalan untuk ditelan agar makin PD katanya. Sedih kakak bertambah dek, ketika masyarakat dengan semangat 55 gotong royong bersusah payah untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi tontonan yang semakin merusak mereka para remaja, tontonan yang membuat mereka bergoyang melayang senggol-senggolan dan akhirnya tawuran. Ya benar, masyarakat memang menentang perbuatan tersebut tapi sejujurnya itu mengaminkan.
Adik-adikku...
Boleh kalian bersukacita dengan liburan, boleh kalian berbahagia dan berpesta pora menyambut tahun baru, karena mungikin kalian merayakannya karena berbangga atas pencapaian prestasi ditahun lalu yang membanggakan atau kesiapan kalian menyambut berbagai resolusi di tahun mendatang. Adik-adikku, bersenang-senang ada batasnya, bersenang-senang ada kadarnya. Tak perlu pil koplo, tak perlu oplosan tak perlu mengumbar syahwat untuk merayakannya. Semua itu hanya kenikmatan sesaat yang melenakan. Sesaat kalian bahagia tapi selamnya akan sengsara. Adik-adikku, jika itu yang terjadi, bukan kalian siap menyambut resolusi tahun baru untuk menebar prestasi, tapi sesungguhnya kalian sedang bunuh diri. Bunuh diri yang tak membuat nyawa melayang tetapi bunuh diri yang membuat masa depan cerah dan gemilang hilang ditelan oplosan.
Adik-adikku...
Hidup ini adalah pilihan, kalian yang menjalani, bukan kakak atau yang lain. Senang akan kalian nikmati sendiri, susah akan kalian rasakan sendiri. Kalian memilih hidup di jalur rel yang telah ditetapkan Tuhan atau kalian akan memilih jalan lain yang akhirnya akan membuat kalian celaka. Yang jelas untuk menyimpang dari rel kehidupan itu sering tampak lebih mudah dan membahagiakan, tapi ingat bahwa sesungguhnya celaka ada didepan mata.