Sudah beberapa hari ini, di wilayah Brebes diguyur hujan. Hampir tiap sore hari, hujan turun dengan derasnya. Kadang disertai bunyi geledek yang berulang-,ulang. Hal ini membuat banyak orang enggan beraktifitas, apalagi keluar rumah. Mereka lebih banyak berdiam diri di rumah, berkumpul dengan keluarga.
Begitu juga dengan anak-anak. Biasanya tiap sore, di depan rumah ramai dengan anak-anak yang berbusana rapi, siap untuk mengaji. Mereka rata-rata anak tetangga sekitar rumah, ada pula yang datang dari seberang, lain RT.
Gelombang pertama diperuntukkan bagi anak-anak yang mengajinya baru sampai iqro dan Juz Amma. Ada sekitar 25 anak. Sedangkan untuk gelombang dua, dikhususkan bagi mereka yang ngajinya sudah sampai Al-Qur'an. Ada sekitar 20 anak.
Namun sejak datang musim penghujan, kegiatan mengaji sore seringnya libur, karena cuaca yang tidak memungkinkan. Beberapa orang tua anak mungkin khawatir jika hujan deras turun. Selain jalan becek, banjir juga khawatir dengan kondisi tubuh anak. Saya selaku guru ngaji pun memaklumi hal tersebut. Sehingga sudah menjadi hal diketahui para santri, jika hujan lebat dipastikan ngajinya libur. Meskipun sebenarnya saya siap mengajar berapa santri yang datang, ketika hujan tiba.
Tragisnya bila hujan deras, kadang membasahi kursi, sehingga basah kuyup tak bisa digunakan untuk tempat mengaji. Saya berharap meski hujan deras mengguyur, anak-anak tetap bisa mengaji di rumah masing-masing, meski tak semaksimal di tempat mengajinya.
Imam Chumedi (KBC-28)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H