Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepiawaian Juru Pasrah Tunangan dan "Sasrahan"

29 Desember 2020   15:15 Diperbarui: 29 Desember 2020   15:39 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepiawaian dalam berbicara di depan umum menjadi nilai tersendiri bagi seseorang. Karena tak semua orang bisa atau mahir untuk melakukan hal itu, meskipun ia memiliki gelar, strata sosial atau latar belakang pendidikan yang cukup. Oleh karena itu, orang yang pandai berbicara di depan umum, biasanya sering dicari, dibutuhkan jasanya. Tak terkecuali juru pasrah-terima tunangan dan pernikahan.

Alhamdulillah, ketrampilan untuk memasrahkan atau menerimakan sebuah tunangan atau "sasrahan" pernikahan perlahan melekat pada diri saya. Meski tergolong masih muda, saya sering diminta keluarga, tetangga dan teman sebagai juru pasrah atau juru terima perihal pertunangan atau pun sasrahan dalam adat pernikahan.

Ketrampilan untuk mahir memasrahkan atau menerimakan tunangan atau pernikahan seseorang itu juga butuh proses (baca: jam tayang). Meski beragam media bisa diakses guna referensi, namun jam terbang atau jam terbang tak bisa dipingkiri. Semakin banyak jam terbangnya, semakin piawai menyampaikannya.

Karena berdasarkan pengalaman yang sudah saya rasakan, sesrahan atau pertunangan antar daerah berbeda-beda. Lain tempat, lain adat. Jangankan beda wilayah, beda kota, antar desa pun terkadang ada perbedaan. Maka sebagai juru pasrah atau juru terima, sudah seharusnya mengetahui dan memahami adat daerah yang akan dituju, atau dilangsungkan acara.

Dokpri.
Dokpri.
Koordinasi dengan Shohibul bait atau tuan hajat menjadi hal utama yang harus dikomunikasikan jauh hari sebelum pelaksanaan. Karena pada dasarnya juru pasrah atau juru terima merupakan tangan panjang, perwakilan dari Sohibul hajat. Maka sebisa mungkin kalimat atau ucapan yang disampaikan saat prosesi acara berlangsung, merupakan representasi dari Sohibul hajat. Adapun rangkaian atau pun untaiannya kalimatnya, bisa berupa kepiawaian dan improfisasi juru pasrah atau terima itu sendiri.

Inti dari sang juru pasrah atau juru terima adalah mampu menyampaikan maksud dan tujuan atau menerima maksud dan tujuan dengan kalimat yang baik dan benar.  Penjabaran dengan kalimat yang baik dan benar inilah yang menjadi tugas utama sang juru bicara. Ada kalanya hal itu diungkapkan dengan menggunakan bahasa daerah, bahasa ibu dari Sohibul hajat, atau bisa dengan bahasa Indonesia, jika memang kedua keluarga dari daerah atau bahasa yang berbeda.

Imam Chumedi (KBC-28)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun