Tidaklah berlebihan jika kita menyematkan penghargaan yang tertinggi pada seorang ibu. Ya, ia tak sekedar wanita hebat, tetapi super hebat. Ia lah pahlawan sejati kita. Seorang ibu tak hanya bersusah payah mengandung, melahirkan kita dari rahimnya. Tapi ia juga berupaya keras merawat dan membesarkan kita, hingga kini kita semua menjadi orang yang sukses, berguna bagi semuanya.Â
Hebatnya lagi, seorang ibu ternyata mempunyai andil besar dalam menentukan sebagian besar kepribadian anak-anaknya. Tegasnya, peran dan kepiawaian seorang ibu dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya sangat berpengaruh besar pada perilaku dan tingkah seorang anak.Â
Maka pantaslah jika sebuah pepatah mengatakan bahwa "ibu adalah sekolah pertamaku". Ya, ibu lah sejatinya pendidik, pembimbing kepribadian anak-anaknya. Darinya, kami mendapatkan beragam pendidikan dasar kepribadian, darinya kami dibimbing, dibina kerohanian. Darinya kami dididik melalui keteladanan dan ikatan emosional yang kuat.Â
Secara umum, kedekatan anak dengan seorang ibunya cenderung lebih dekat, ketimbang dengan ayahnya. Selain ibu adalah sosok yang telah mengandung dan menyusui, pada umumnya sosok ibu juga lebih intens dan lebih banyak waktu untuk merawat dan berkomunikasi dengan anak-anaknya. Kebanyakan ayah berperan di sektor luar keluarga, seperti mencari nafkah dan sebagainya. Ibulah yang banyak bergelut dengan anak. Hingga banyak anak yang merasa lebih enjoy ketika berkomunikasi, curhat atau berkeluh kesah dengan sang ibunya dari kepada ayahnya.Â
Peran IbuÂ
Dari fenomena kedekatan anak dan ibu itulah, maka dirasa sangat penting untuk memahami arti sebuah kasih sayang dan perhatian ibu kepada anaknya. Karena kedua faktor inilah yang menjadi penentu kepribadian anak di masa mendatang. Inilah sejatinya sekolah dan pelajaran dasar yang telah diberikan oleh sosok ibu pada anak-anaknya.Â
Peran penting seorang ibu, sudah seharusnya dilakukan sedini mungkin semenjak anak dalam kandungan. Ibu harus berupaya keras menjaga kesehatan anak yang dikandungnya dengan memberikan asupan yang bergizi dan seimbang. Bahkan untuk kebutuhan mental dan rohani anak dalam kandungan pun sudah mulai diberikan dan ditransfer sejak saat itu.
Ada sebagian dari ibu hamil yang senantiasa ikhtiar membacakan, memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, memperdengarkan alunan musik klasik bahkan seringkali memberikan isyarat dengan mengelus perutnya sebagai isyarat komunikasi, memberikan nasehat pada bayi yang tengah dikandungnya. Hal ini terus dilakukan sebagai bagian dari ikhtiar bimbingan mental dan rohani sejak dini.Â
Hasilnya pun terlihat saat bayi dilahirkan. Ada perbedaan antara bayi yang diberi perlakuan dan perhatian lebih oleh seorang ibunya, dengan yang tidak atau kurang, saat masih dalam kandungan. Bisa terlihat baik secara fisik maupun perkembangan mental dan rohaninya.Â
Proses perhatian selanjutnya dari seorang ibu yakni dalam merawat dan membimbing anak-anaknya sejak kecil. Ibu yang baik senantiasa memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Mulai dari bangun tidur, hingga mau tidur, seorang anak merekam segala apa yang dilihat dan dirasakannya dari perilaku dan perhatian orang tuanya, terutama seorang ibu.Â
Kita semua seorang anak, hingga kini tentu masih teringat selalu pada pesan moral dan rohani yang diajarkan para ibu kita sejak kecil. Seperti ibu kita mengajarkan doa ketika hendak makan dan sedudahnya. Ia juga membimbing kita untuk berdoa menjelang tidur, ibu mengajarkan kita cara bertutur kata yang baik kepada siapa pun, serta masih banyak nilai-nilai luhur lainnya yang telah ditanamkan oleh ibu kepada seorang anaknya, sejak kecil.Â
Maka jika didapati seorang anak dengan ketiadaan ibunya sejak kecil bahkan sejak ia dilahirkan, sungguh sangat berpengaruh pada psikis anak dan kepribadian anak di masa mendatang. Bak kehilangan separuh jiwanya. Oleh karenanya, bagi kita yang memiliki seorang ibu, jaga dan rawatlah ia dengan baik.Â
Beliaulah sesungguhnya syurga yang nampak bagi kita selaku anaknya. Jangan sia-siakan waktu yang ada untuk membalas perhatian dan kasih sayangnya. Meskipun jika dinilai, kebaikan yang kita berikan kepadanya, belumlah bisa atau tak kan sepadan dengan perjuangan dan pengorbanannya kepada kita.Â
"Syurga di telapak kaki ibu. Ridhonya Allah SWT bergantung pada keridhoan kedua orang tua. Dan murkanya Allah SWT, juga bergantung pada murkanya orang tua".
Imam Chumedi, KBC-28Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H