Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gerimis dan Lapar

17 November 2020   22:12 Diperbarui: 18 November 2020   05:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rintik hujan tengah malam penuh kelam. Tak ada cerita, hanya dentum halilintar kian mencekam. Namun keroncongan perut tak dapat disembunyikan. Nyaring berdendang, pertanda lapar masih meradang. 

Saat orang lain tertidur pulas di tengah hujan deras. Masih kucoba berharap welas. Ada belas kasih tetangga yang menghampiri, memberi sesuap nasi dengan hati. 

Hujan bertambah deras, gemuruh-luruh membanjiri gubug lusuh. Dingin dan sunyi menyelimuti diri, tanpa keluarga hanya seorang diri. Ya, seorang diri ditinggal mati. 

Sesekali geludug bersahutan datang silih berganti. Rintik hujan pun tak sudi berhenti. Bercucuran bagai tangis si miskin yang menahan lapar di tengah sepi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun