Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa cinta di dunia ini. Salah satu ungkapan yang lazim dilakukan oleh orang yang sedang dirundung rindu, di mabuk cinta, yakni dengan senantiasa menyebut nama seseorang yang di cintainya. Siang dan malam selalu terbayang. Seolah ia ada di depan mata, ada di sampingnya.Â
Orang yang benar-benar mencinta selalu menyebut-menyebut nama orang yang dicintainya. Bahkan, extrimnya orang yang sudah kadung jatuh cinta akan melakukan apa saja demi orang yang dicintainya. Demikian pula yang dilakukan oleh kita sang hamba yang merasa begitu cinta dan rindu pada Baginda Rasulullah SAW. Bukti kecintaan yang mudah dilihat, yakni dengan menyebut namanya melalui bacaan sholawat Nabi.Â
Bagaimana seorang hamba dianggap cinta kepada nabinya, jika untuk menyebut namanya saja, sungkan atau enggan. Sungguh semakin tinggi cinta seorang kepada Rosul, semakin banyak ia akan menyebut nama Rosul (baca: sholawat) tiap harinya. Terlebih, membaca sholawat tak hanya menjadi ibadah, tetapi mendatangkan manfaat dan syafaat di hari akhir kelak.Â
Perintah untuk membaca dan memperbanyak sholawat serta keutamaannya telah tertuang dalam Al-Qur'an dan hadits. Salah satunya dalam Qur'an Surat Al-Ahzab: 56. "Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-malaikat-Nya membaca sholawat atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman bersholawat lah kepada nabi dan mohonlah keselamatan dan Rahmat".Â
Begitu pula dalam hadits. "Barangsiapa yang membaca sholawat kepadaku satu kali, maka ia akan mendapatkan sepuluh kali kebaikan. Di keterangan hadits lain Rasulullah menjanjikan kepada siapa saja yang senang dan cinta kepadanya, kelak akan bersamanya di syurga nanti.Â
Kecintaan umat kepada nabi Muhammad SAW salah satunya ditunjukkan dengan membaca biografinya. Yakni sejarahnya, sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya. Biografi tentang sejarah nabi telah banyak ditulis oleh para ulama dan habaib dalam berbagai macam kitab maulid. Salah satu kitab maulid  yang populer di Indonesia yakni kitab Maulid Barzanji.Â
Tiap memasuki bulan Rabiul Awal atau Maulud mulai tanggal 1-12, lazim di masjid-mushola, ramai dibacakan kitab maulid Al-Barzanji. Ada yang membacanya ba'da Maghrib. Ada pula yang membacanya ba'da Isya. Malam hari di bulan maulid, terutama di kampung-kampung tampak ramai dengan pengeras suara yang melantunkan maulid ini. Rata-rata jamaah ibu-ibu. Meski pun banyak pula jamaah remaja, bapak-bapak dan anak-anak yang membacakannya.Â
Secara umum kitab Maulid Al Barzanji merupakan syair-syair yang dirangkai oleh para ulama guna mengenalkan sejarah Rosulullah. Uniknya, syair-syair itu berdahak sehingga mudah untuk dilagukan. Ditambah sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, dahulu senang dengan 'lelagon' atau tetembangan. Maulid barzanji ini pun akhirnya mudah menyebar karena mudah dilagukan dengan berbagai irama sholawat atau irama lagu daerah.
Masyarakat terutama ibu-ibu pun tambah semangat. Terutama ketika melantunkan sholawat Al-Barzanji dengan berbagai irama, apalagi diiringi dengan musik rebana atau qasidah. Tambah rancak.Â
Namun satu hal yang seharusnya perlu ditingkatkan yakni, tidak hanya sebatas semangat membaca biografi dalam teks berbahasa Arab saja, tetapi perlu juga diterjemahkan, dimaknai. Sehingga apa yang nyaring kita baca, betul-betul bisa dipahami diresapi dan pada akhirnya mampu meneladani sifat-sifat mulia Baginda Rosulullah SAW.Â
Inilah sejatinya cinta yang hakiki. Tak hanya selalu menyebut namanya, tetapi tahu dan paham detail siapa dan bagaimana orang yang dicintainya, sampai pada mengikuti, mencontoh dan meneladani apa-apa yang dilakukan oleh orang yang kita cintai.Â