Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Itu Meniru Apa yang Dilihatnya

12 Oktober 2020   22:09 Diperbarui: 12 Oktober 2020   22:17 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kanak-kanak adalah masa yang menyenangkan. Masa yang penuh kegembiraan dan keceriaan. Masa dimana anak-anak sedang asyiknya bermain. Namun sesungguhnya di masa keemasan ini, anak-anak juga sedang mengalami masa perekaman memori yang sangat tajam. Sehingga apa saja yang didengar, apa yang dilihatnya akan mudah kembali diputar oleh memori anak-anak kita. 

Maka anak-anak sangat bergantung dari apa yang yang didengar dan dilihatnya. Semakin banyak hal positif yang didengar dan dilihat, semakin banyak pula hal positif yang mengendap dalam memorinya, sebaliknya jika hal negatif yang lebih banyak dilihat dan di dengarnya, sudah alamat, anak ini pasti terkontaminasi oleh sifat buruk atau negatif. 

Ada benarnya sebuah pepatah yang mengatakan "children see children do" yang berarti bahwa anak senantiasa akan melakukan sesuatu karena ia melihatnya.

Sebagai contoh, karena kebiasaan baik orang tua selalu dilihatya, maka dengan sendirinya anak mudah menirunya. Sebaliknya dengan kebiasaan buruk orang tuanya yang sering ia lihat, seperti merokok, minum minuman keras, dengan sendirinya anak ikut-ikutan. 

Begitu juga dengan kekerasan yang sering anak lihat dari orang tua atau sekitarnya, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku dan perbuatan, mendorong alam bawah sadar anak untuk mudah menirunya.

Tanpa dikomando, anak pun sudah hafal dan meresapinya. Tanpa sadar, keluar kata-kata kotor dari mulut sang anak, kebiasaan melawan bahkan dengan sikap dan perbuatan, seperti yang biasa ia lihat. 

Anak ibarat pita kosong yang siap merekam dengan cepat apa saja yang dilihat di sekelilingnya. Tak ada filter, semua terserap dengan cepat dan seksama. Maka tak heran bila banyak ditemui seorang anak kecil sudah bisa hafidz Qur'an, hafal ini dan itu, semua itu pasti tak lepas dari kebiasaan dan pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua, keluarga dan sekelilingnya. 

Keluarga 

Keluarga menjadi faktor penting dalam mencetak memori-memori positif anak. Ya, karena keluarga merupakan wadah dasar anak berinteraksi lebih banyak, terutama dengan orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, kakak-adik dan saudara lainnya. 

Dalam keluarga, faktor penentu utama pembentukan karakter biasanya bertumpu pada seorang ibu. Ya, seorang ibu, bukan Ayah. Karena kedekatan seorang anak kepada ibunya, biasanya jauh lebih dekat, ketimbang dengan ayahnya. Ibu sangat berpengaruh besar dalam mencetak, membimbing dan mempengaruhi karakter seorang anak. 

Sampai-sampai ada pepatah Arab yang mengungkapkan bahwa "Ibu adalah sekolah yang pertama" bagi seorang anak. Ibu lah yang mengajarkan banyak hal sebelum seorang anak mengenyam bangku sekolah. Ibu lah yang memberikan banyak teladan hidup pada seorang anak. Bahkan ibu sudah mengajarkan banyak hal sejak anak masih beruba janin dalam kandungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun