Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisanmu Mengasah Nalurimu!

8 Oktober 2020   20:36 Diperbarui: 8 Oktober 2020   20:41 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis, menuangkan ide dan perasaan. Dokpri

Menulis adalah aktifitas yang luar biasa. Maka seorang penulis sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang luar bisa. Ya, luar biasa. Kenapa? Karena sang penulis sesungguhnya mereka yang mampu memadukan berbagai indera yang ada. 

Maka sering kita jumpai, tak banyak orang mahir menulis, meskipun ia adalah seorang pembicara atau orator ulung. Karena menulis itu butuh naluri dan kebiasaan.

Menulis itu tidak serta merta. Tulisan ada kalanya berawal dari ketajaman berbagai indera kita. Bisa jadi tulisan itu tertuang karena berawal dari indera penglihatan kita yang melihat sesuatu yang unik, melihat sesuatu yang tak biasa atau adanya sesuatu yang perlu diungkap. 

Bisa jadi menulis juga tergerak karena dari sesuatu yang kita dengar. Dan yang lebih dahsyat, seorang menulis adalah karena naluri. Naluri kemanusiaan, naluri keterpanggilan untuk bercerita, berpendapat, mengiyakan atau menolak segala gejala yang terlihat, terdengar bahkan terasakan sendiri oleh sang penulis. 

Seorang yang terbiasa dengan kegiatan menulis, pastilah memiliki kepekaan yang tinggi. Kepekaan terhadap apa saja yang sedang terjadi, ataupun terhadap sesuatu yang sedang dirasakannya. 

Seorang penulis seolah tak tenang, bila ia belum mencurahkan perasaannya dalam sebuah tulisan. Maka ada benarnya, jika penulis sejati selalu berangkat dari sebuah keresahan. 

Sebagai contoh, di tengah ramainya perbincangan dan perdebatan UU Cipta Kerja, seorang penulis akan tergerak menyuarakan opini dan perasaannya. 

Tentunya lebih santun dan elegan, yakni melalui narasi tulisannya yang bisa dipertanggung jawabkannya. Dan tentulah menyertakan referensi serta opini yang menunjukkan kualitas pengetahuan sang penulis. Keresahan menjadi dasar tulisannya. 

Keresahan atas sesuatu yang dituangkan dalam sebuah tulisan menjadi hal pembeda dengan mereka yang tak mampu, tak terbiasa atau tak mau menulis. Ada sebagian dari kita yang lebih suka langsung mengungkapkan keresahannya dengan suara lantang atau bahkan ekspresi tubuhnya, seperti berujar, berteriak, bahkan mengumpat. 

Padahal jika diamati, kekuatan sebuah tulisan sejatinya lebih dahsyat dari pada sebuah ujaran atau umpatan. Umpatan, ujaran atas sebuah keresahan biasanya hanya akan berlalu begitu saja. 

Spontan, berhamburan tak beraturan. Beda halnya dengan keresahan seseorang yang dituangkan dalam sesbuah tulisan, terstruktur, naratif, dokumentatif serta lebih berpotensi besar, baik dalam mengiyakan atau menolak sebuah opini publik.

Menulis sebuah tulisan itu butuh konsentrasi, yakni konsentrasi guna memadukan sebuah ide, menyampaikannya penuh naluri, mengemasnya penuh dengan rasa dan untuk menuangkannya secara baik dan benar butuh kebiasaan dan kepiawaian. Menulis bukan sekedar merangkai kata-kata, memenuhi halaman dengan beragam diksi. 

Tetapi sejatinya menulis itu mengerahkan naluri yang ada, sehingga akan nampak dan begitu terasa, manakah sejatinya tulisan yang bernyawa dengan tulisan yang hanya tumpukan kosa kata saja. 

Tulisan yang bernyawa bahkan bisa menggiring, menyanyat-nyayat perasaan sang pembaca. Bahkan tulisan dengan naluri tingkat tinggi bisa mengguncang suasana, situasi dan kondisi sekalipun. 

Penulis yang mahir selalu saja ditemukan pada karya tulisnya sesuatu yang menarik, sesuatu yang berkarakter dan unik. Meski mengulas satu hal yang sama, namun ada pembeda antara tulisan yang satu dengan tulisan lainnya. 

Bisa dari rangkaian diksi yang digunakan, atau dari sudut pandang penulisnya. Layaknya sebuah pemandangan yang bisa dibidik keindahan dan ketertarikannya dari berbagai angel. Bisa juga keunikan dan ciri khas sang penulis dari sisi naluri pribadi masing-masing penulis.

Naluri menulis inilah yang sering kita rasakan berbeda-beda antara penulis yang satu dengan yang lainnya. Ada kalanya penulis dengan naluri melankolis, tulisannya laksana mendayu-dayu, berirama. 

Ada pula penulis dengan naluri lugas, tegas. Semua itu menjadi ciri khas tersendiri bagi para penulisnya. Dan untuk mendapatkan ciri khas itu, sungguh dibutuhkan proses menulis yang panjang dan berkesinambungan. 

Maka, menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!. 

Imam Chumedi, KBC-28 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun