Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengajari Anak di Rumah, Banyak Orangtua yang Menyerah

19 September 2020   16:29 Diperbarui: 19 September 2020   16:32 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daring dengan siswa. Foto Hikmah.

Kebijakanselama pandemi Corona yang mewajibkan siswa belajar secara jarak jauh atau belajar di rumah ternyata mendapat respon beragam dari para orang tua siswa. 

Namun kebanyakan, orang tua tak setuju, keberatan dengan tugas berat itu. Realitanya anak disuruh belajar di rumah dengan orang tuanya, justru sebagian, yang terjadi adalah aksi marah-marah, orang tua menyerah, bahkan pasrah. 

Hal itu bisa dimaklumi, karena sebagian besar orang tua siswa bukanlah seorang pendidik. Bahkan salah satu tujuan kami para orang tua menyekolahkan anak-anak kami ke sekolah, karena kami sadar diri, tak bisa mendidiknya sendiri. 

Maka dari itulah anak-anak kami sekolahkan, kami titipkan kepada para ahlinya, yakni bapak, ibu guru. Meskipun padahal sejatinya mendidik anak adalah kewajiban para orang tuanya sendiri. 

Anak belajar di rumah. Dokpri.
Anak belajar di rumah. Dokpri.
Oleh karena itu, jika kini anak-anak harus kembali belajar di rumah dengan orang tuanya, sungguh hal itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika kita menelisik tipologi orang tua siswa yang sebenarnya, dengan ragam sebagai berikut:

Pertama, Ada tipe orang tua yang "pinter tetapi tidak Kober". Artinya sebenarnya orang tua dengan model ini sebenarnya pintar, mampu mengajari anaknya sendiri, seperti ditunjang dengan pendidikan yang tinggi, namun terbatas oleh kesibukan, waktu yang tidak ada. 

Bisa jadi orang tua yang sejatinya pintar tapi mempunyai kesibukan lain yang super sibuk, seperti mencari nafkah. Sehingga dengan alasan inilah orang tua menitipkan pembelajaran anaknya di sekolah.

Kedua, Ada tipe orang tua "Kober tapi tidak pinter". Ini adalah kebalikan dari tipe orang tua yang pertama. Banyak kita jumpai, orang tua ini sebenarnya ada di rumah, banyak waktu untuk menemani belajar anaknya di rumah, namun terkendala minimnya tingkat pendidikan. 

Bahkan di beberapa daerah banyak orang tua yang masih tidak tamat sekolah dasar, bahkan buta huruf. Jangankan membelajari anak lewat internet, membaca, pelajaran dasar saja tak mampu, tak dimiliki. Hal ini juga yang melatarbelakangi orang tua menyekolahkan anaknya. 

Ketiga, yakni dengan tipe orang tua yang memprihatinkan. "Tidak pinter, juga tidak Kober". Kondisi ini adalah kondisi yang memprihatinkan. Dan masih banyak sekali siswa dengan tipe orang tua seperti ini. 

Sudah tingkat pendidikannya rendah, kesadarannya rendah serta tak ada waktu untuk anak. Orang tua sibuk mencari nafkah, kerja keras, kerja kasar, serabutan serta tak mampu mentransformasi keilmuan pada anaknya sama sekali. Sering malah mempekerjakan anak, melakukan kekerasan pada anak Ironis.

Maka ketika anak-anak harus belajar di rumah, bukannya menjadi solusi, justru menjadi masalah baru di rumah. Karena para orang tua sadar diri, kami bukanlah seorang guru (digugu, ditiru). 

Orang tua justru sering menemui kesulitan ketika mengajari anaknya sendiri. Bisa jadi karena faktor kedekatan. Sehingga si anak tak ada rasa canggung, ia tetap saja manja atau bahkan membandel. Di sisi lain sosok guru yang biasa anak dapati di sekolah, tak dijumpai pada sosok orang tuanya. 

Entah sampai kapan belajar di rumah akan terus diterapkan. Para orang tua sudah tak tahan. Ingin segera Corona hilang dari keadaan. Kembali semula, anak belajar di sekolahan. Orang tua pun tak ada beban.

Imam Chumedi, KBC-28

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun