Keberadaan seorang tetangga sangat berarti dalam kehidupan kita sehari-hari. Sekaya apa pun, sehebat apa pun kita, pasti lah butuh dengan yang namanya tetangga. Bahkan peran seorang tetangga terkadang melebihi dari saudara kita. Itu semua karena saudara kita jauh dari kita.
Ketika kita punya hajat besar, menggelar resepsi, kebanyakan yang direpoti, yang andil banyak membantu adalah tetangga. Ketika ada musibah, semisal kebakaran rumah, pencurian rumah, ternyata orang yang paling tanggap menolong kita adalah tetangga. Bahkan kadang dengan terangga lah kita bisa sharing, berkeluh kesah kehidupan.
Ketika rumah kita kosong, sepi ditinggal ke luar kota, ditinggal ibadah umroh, ditinggal haji, tetangga ikut menjagai. Ketika ada keluarga kita yang sakit, terkadang tetangga yang lebih dahulu menjenguknya. Bahkan ketika ada yang meninggal, tetanggalah yang tanggap mengurusi semuanya. Di saat kita kepepet, dihimpit kebutuhan mendesak keluarga, justru terkadang ada tetangga yang datang menolong 'bak malaikat' tanpa pamrih. Sedang keluarga kita, justru terkadang acuh tak acuh.
Inilah pentingnya seorang tetangga. Maka sudah seharusnya kita semua hidup baik dan rukun dengan tetangga. Tentunya dengan tidak membeda-bedakan antara tetangga satu dengan lainnya. Tak pandang tetangga itu kaya atau miskin, berpunya atau tiada, berpendidikan tinggi atau tidak, bahkan sekalipun berbeda agama.
Hidup baik, rukun guyub dan memuliakan tetangga juga merupakan anjuran Rosulullah SAW: "Barang siapa yang beriman kepada Allah, dan beriman kepada hari ahir, maka muliakanlah tetangga" (Al-hadits).
Konteks hidup berdampingan dengan keluarga tak memandang suku, ras, bangsa dan agama. Bahkan Rosullah SAW mencontohkan sendiri, beberapa perilaku baik memuliakan tetangga-tetangganya. Di antaranya: untuk berbagi makanan dengan tetangga dekat, tidak mengganggu kenyamanan tetangga sekalipun tetangga kita berbeda keyakinan.
Banyak pula tetangga kita yang terdampak virus corona secara tidak langsung. Misal harus di PHK, gulung tikar usahanya, atau kehilangan penghasilannya dan terlilit hutang yang banyak.Tentu sebagai tetangga kita harus berempati, tergerak untuk saling menolong, semampunya kita. Minimal ikut prihatin dengan tidak menyinggung perasaannya.
Kehidupan itu berputar. Hari ini mungkin tetangga kita sedang dibawah, bisa jadi esok atau lusa kita juga merasakannya. Maka sudah sepatutnya kita mengulurkan tangan, membantu tetangga kita. Seperti halnya saat kita repot, sibuk, kita juga sering meminta tolong atas tenaga atau waktunya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Rukun tetangga itu hakekatnya saling melengkapi. Tiap keluarga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau ada yang berpendapat, lebih baik hidup menyendiri, tak usah bertetangga, banyak madhorotnya. Tentu pernyataan ini tidaklah seratus persen kebenarannya. Memang, ada kalanya dengan bertetangga, muncul masalah, saling iri, dengki dan sebagainya. Namun fenomena itu hanya sebagian kecil. Toh, hal-hal negatif dari bertetangga kita juga harus bisa memfilternya.
Imam Chumedi, KBC-28