Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seberapa Beratnya Sih Menyapa?

8 September 2020   07:49 Diperbarui: 8 September 2020   07:44 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kodrat manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Saling berhubugan satu sama lainnya. Seorang manusia tak bisa hidup dengan sendirinya. Mulai dari lahir, manusia sudah membutuhkan manusia lainnya. Apalagi untuk hidup dan bertahan hidup, semua butuh peran, andil manusia lainnya. Bahkan ketika seorang manusia mati pun masih membutuhkan manusia lainnya. 

Maka semasa hidup seorang manusia mutlak harus menjalin hubungan baik dengan manusia di sekitarnya, seperti dengan keluarga, tetangga, kerabat maupun orang lain. Bagian dari bentuk hubungan baik adalah saling tegur sapa ketika saling bertemu.

Bahkan dalam agama Islam, sesama muslim dianjurkan untuk "uluk salam" ketika bertemu dengan sesama muslim lainnya. Bisa juga berjabat tangan, memeluk erat sesama jenis sebagai bentuk kekerabatan.

Namun pada realitanya, untuk sekedar tegur sapa saja ternyata bukan hal yang mudah dilakukan oleh setiap orang. Hal ini karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor individu seseorang.

Ada kalanya seseorang yang merasa dirinya lebih tua, lebih tinggi jabatan atau strata sosialnya. Sehingga muncul sifat keangkuhan, kesombongannya. Ia tak mau lebih dahulu menyapa orang lain. Menyapa dipahami sebagai suatu keharusan yang dilakukan oleh seorang muda kepada yang lebih tua, seorang rendahan kepada atasan. Keliru.

Padahal menyapa itu tak memandang tua dan muda, tak melihat strata dan kasta. Sudah seyogyanya sebagai makhluk sosial, apalagi didasari sudah saling mengenal sebelumnya, maka menyapa adalah hal yang harus dilakukan oleh seseorang.

Menyapa adalah bagian dari sebuah perhatian seseorang. Menyapa menunjukan kekerabatan dan keakraban, menyapa juga bisa jadi upaya saling mengingatkan.

Seseorang akan mudah menyapa orang lain mana kala tak punya beban atau masalah dengan orang yang akan disapanya. Sebaliknya, jika seseorang sudah merasa terbebani lebih dahulu dengan masalah atau sesuatu yang mengganjal, pastilah susah untuk melakukan sapaan. Sebagai contoh, seseorang akan merasa kaku atau berat untuk menyapa orang lain karena ternyata punya beban hutang-piutang kepadanya, punya perselisihan sebelumnya.

Ada beragam bentuk sapaan yang bisa kita lakukan. Diantaranya adalah dengan mengucapkan salam, seperti: Assalamu alaikum, salam sejahtera atau ucapan salam lainya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Bisa juga dengan ucapan umum, seperti Selamat pagi, selamat siang dan sejenisnya.

Ucapan salam adalah ucapan serta sapaan yang terbaik. Ucapan atau sapaan ini bisa dilakukan ketika dalam keadaan yang longgar. Seseorang bisa bertemu langsung dengan orang lain dalam waktu yang tak terdesak atau dalam kondisi yang memungkinkan. Sehingga, satu sama lain bisa saling menyapa dan berbalas sapa.

Beda halnya mana kila kita dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Semisal dalam keadan mendesak atau di tengah jalan. Sapaan seperti: Hai, halo, itu juga sudah mewakili. Dan kita juga saling memaklumi, karena sepintas kilas saja bertemu dan dalam tempo yang singkat.

Sapaan dengan kata Hai saja, sudah membuat hati seseorang itu merasa senang. Ia masih dianggap (jawa: di uwongke), masih mengenal, tak melupakannya, meski dalam kondisi yang kurang memungkinkan.

Kita juga bisa membunyikan klakson sebagai bentuk sapaan darurat. Misal saat bersepeda, gowes, atau berkendaraan motor. Apalagi ketika kita berada di dalam mobil. Sejenak kita bisa membuka kaca mobil dan melambaikan tangan atau membunyikan klakson.

Hal ini sekarang menjadi kelaziman yang 'dimaklumi'. Sebaliknya justru ketika tidak dilakukan, akan menjadi masalah besar. Kita bisa dianggap orang yang sombong lah, angkuh, sok dan steorotyp negatif lainnnya.

Maka bertegur sapalah, apa sih beratnya?

Imam Chumedi, KBC-28

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun