Karena jaraknya yang jauh, jarang bertemu dengan saudara ayah atau saudara ibunya terjadilah kekeliruan ketika memanggilnya. Mana yang harus dipanggil 'Pak de' dan Bu de' dan mana yang harus dipanggil 'Um' dan 'Tante'.Â
Hal ini juga berlanjut pada pemanggilan anak-anak dari saudara Ibu dan Ayahnya. Mana yang seharusnya dipanggil kakak, mana yang seharusnya dipanggil adik, meski secara fisik terlihat lebih besar dan umur lebih tua darinya.
Oleh karena itu untuk meminimalisasi kekeliruan tersebut, serta guna lebih mengenalkan dan mengakrabkan antar keluarga, sangat diperlukan pengenalan sejak dini keluarga besar kita, terutama pada anak-anak kita.Â
Mulai dari garis keturunan ke atas, siapa orang tuanya, saudara-saudara orang tuanya, kakek-neneknya, dan seterusnya. Begitu juga garis keturunan ke bawah, anak, cucu dan seterusnya.
Salah satu bentuk konkret mengenalkan silsilah keluarga yakni, minimal pada saat sulaturahmi tahunan saat lebaran. Umumnya keluarga besar mengadakan satu acara, seperti Halal bi Halal keluarga.Â
Pada moment itulah, sangat perlu untuk dibacakan silsilah keluarga besar sebuah keturunan. Kehadiran pada silaturahim tahunan itu bisa menjadi tolok ukur 'mengukur. kesolidan', serta 'mengukur kekuatan' sebuah keluarga besar.
Upaya lain yang dilakukan guna lebih mengenalkan keluarga adalah dengan pertemuan keluarga, seperti Arisan keluarga besar atau pada acara khaul keluarga.Â
Acara ini sangat bagus dan efektif untuk lebih mengenalkan keluarga serta memupuk kebersamaan suatu keluarga besar. Penambahan anggota keluarga dapat terpantau dan dikenal satu sama lainnya.
Kini di era medsos, banyak juga terdapat group-group WhatsApp keluarga besar. Informasi tentang keluarga lebih mudah dan cepat diakses. Kondisi terkini antar keluarga di mana saja, bisa terpantau.
Informasi silsilah keluarga besar bisa setiap saat diuraikan di group tersebut. Nasehat atau wejangan dari para sesepuh bisa diberikan dan diterima bersama, demi tetap existnya sebuah keluarga besar.