Baru kali ini saya dan keluarga mengunjungi Pabrik Gula (PG) Jatibarang Brebes. Meski sering saya melewatinya, tapi tak pernah masuk ke dalamnya. Minggu pagi  kami sekeluarga, mencoba memasuki pabrik gula tua yang kini tak beroperasi lagi (06/09). Jarak antara PG Jatibarang dari pusat kota Brebes, hanya berkisar 14,4 km saja, atau bisa ditempuh selama 25 menit.
Memang belum lama, bangunan tua itu dibuka untuk wisata umum. Baru sekitar tahun 2019 lalu PG Jatibarang dibuka untuk wisata, menyusul taman besaran hijau di depannya yang dibuka beberapa tahun lalu, lebih dahulu.Â
PG Jatibarang itu tercatat dibangun sekitar tahun 1842 oleh NV Mij Tot Exploitile Der Surker Onderneming. Angka 1842 saya dapatkan pula pada sebuah lukisan mural di gedung tua itu.
![Gerbang masuk Wisata Besaran Hijau PG Jatibarang. (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906083936-5f54d5c8d541df083b270852.jpg?t=o&v=770)
![Dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906084052-5f54d49bbb831225617b4072.jpg?t=o&v=770)
Untungnya, kami sekeluarga berkunjung di pagi hari. Hati kami tambah tegar dan tenang saat kujumpai pula serombongan gowes yang ternyata sudah berada di dalam pabrik.
![Dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906084340-1-5f54d69bd541df03bf4e6ee2.jpg?t=o&v=770)
![Dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906085732-5f54d514bb83123a94532da2.jpg?t=o&v=770)
Gerbong kami berubah, semula di depan kini di belakang. Jalannya kereta pun pelan, diselingi bunyi gerbong tua yang begitu berat. Di sepanjang rel, kami disajikan pemandangan berupa ratusan gerbong tebu yang teronggok diantara semak-semak rerumputan.
![Ratusan gerbong spoer tebu. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906085848-5f54d554bb83125ba56bf012.jpg?t=o&v=770)
Konon hanya ada dua bangunan yang termegah saat itu, Locomotief Remise di Jatibarang, dan satu lagi di Rusia. Locomotief Remise merupakan garasi loko uap maupun loko diesel dengan 9 pintu.
Beberapa pengunjung terlihat asyik mengabadikan lokomotif-lokomotif tua itu. Betul-betul sesuatu langka yang baru saya jumpai. Aku pun meyakini, baru sedikit orang Brebes yang tahu bahwa ada tempat se antik ini. Apalagi dengan orang-orang di luar sana?
![Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906091912-5f54d77dd541df48b74345e2.jpg?t=o&v=770)
Meski tak harus diperbaiki, minimal dicat dan dihias kembali lokomotif-lokomotif itu, tambah mantap jika ada pemandu wisata sejarahnya. Anak-anak pasti semakin tertarik.
![Gerbang Telaga Mina Ki Carman. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/06/img20200906091706-5f54d7add541df55bb53a4a2.jpg?t=o&v=770)
Tapi kini hanya tersisa ikan-ikan mujaer kecil. Itu pun bebas dipancing, tanpa biaya. Kami pun memancing ala kadarnya, tanpa peduli rumor anak-anak kecil yang sering terlihat oleh orang-orang tertentu (baca:tuyul).
Imam Chumedi, KBC-28
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI