Suatu hari, di bangku perkuliahan, seorang dosen ilmu sosial sedang mengajar para mahasiswanya. Satu persatu masalah sosial yang ada di masyarakat diurai, mulai dari angka kemiskinan yang masih cukup tinggi, anak-anak terlantar, pelecehan seksual, kekerasan pada anak, kekerasan dalam rumah tangga, sampai pada realita masih banyaknya anak yang putus sekolah. Diskusi antar mahasiswa dan dosen pun berlangsung asyik. Layaknya sebuah acara debat publik yang sering kita saksikan di beberapa televisi swasta.
"Oke, kawan-kawan. Itulah realita persoalan sosial masyarakat yang ada, dan semua itu tak bisa kita pungkiri apa adanya. Semoga kita semua bisa menjadi bagian dari agen perubahan (agen of change)". Demikian sang dosen menyimpulkan diskusi mata kuliahnya.
"Sebelum saya tutup mata kuliah ini, sekedar ingin tahu saja. Apa sih sebenarnya impian kawan-kawan sekalian untuk sepuluh tahun mendatang?"
"Saya pak. Sepuluh tahun mendatang, saya ingin mewujudkan impian saya, yaitu berkeluarga, punya suami tampan dan mapan, dikarunia momongan, punya rumah, tanah dan mobil mewah". Jawab seorang mahasiswi dengan percaya diri.
"Kalau impian saya, sepuluh tahun mendatang adalah menjadi pengusaha sukses dengan puluhan karyawan dan omsetnya milyaran rupiah". Sela salah seorang mahasiswa penuh semangat.
"Impian terbesar saya adalah menjadi seorang dosen. Sepuluh tahun mendatang, setidaknya saya sudah menyandang gelar seorang Doktor. Menjadi salah seorang dosen teladan di sebuah kampus ternama.
"Impian dan cita-cita saya selama ini pengin jadi Pegawai Negeri Sipil. Tiap bulan dapat gaji, hari tua dapat pensiunan."
Beberapa mahasiswa telah mengutarakan impiannya bahkan cita-citanya sedari kecil. Tapi sang dosen, terlihat hanya tersenyum, mengangguk-angguk sembari menggelengkan kepalanya, seolah ada yang kurang berkenan dengan apa yang disampaikan para mahasiswanya.
"Maaf pak, memangnya ada yang salah dengan jawaban kami?" sela seorang mahasiswa penuh penasaran.
"Oh, tidak. Semua jawaban kalian tidak ada yang salah, semuanya benar dan bagus."
"Tapi....??" sang dosen sempat terdiam.