Bantahan dan protes wali murid pun bergulir di media sosial. Bahkan sebagian besar orang tua, rela anaknya untuk tidak naik kelas, dari pada masuk sekolah, tetapi sama halnya mengorbankan keselamatan anak-anaknya.
Kekhawatiran para orang tua bukan sekedar alibi semata. Berkaca pada kasus di beberapa negara yang memberangkatkan siswa-siswanya ke sekolah, namun akhirnya ditutup kembali karena terjadi lonjakan penularan Covid 19, di sekolah.Â
Belum lagi jenjang sekolah kelas kecil seperti TK dan SD yang siswanya belum bisa memahami dan mematuhi betul akan arti penting protokoler kesehatan pencegahan Covid 19. Sekedar untuk kondusif saja, sebagian dari mereka belum mampu.
Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) tidak serta merta diberlakukan begitu saja. Menurut WHO, minimal ada sembilan indikator yang harus diperhatikan agar suatu daerah dapat diberlakukan New Normal, yaitu: laju ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), Kasus positif, kematian, kesembuhan, angka reproduksi, transmisi atau penularan Covid-19, pergerakan lalu lintas dan manusia serta resiko geografisnya.
Perlahan tapi pasti, New Normal akan kita hadapi, mulai dari uji coba, hingga normal pada kondisi yang sesungguhnya. Khawatir, cemas, takut pasti ada. Apalagi bagi mereka yang memiliki resiko penyakit bawaan, yang termasuk pada usia rentan. Perubahan perilaku sehat dan bersih adalah hal mutlak yang harus menjadi kebiasaan baru, bahkan gaya hidup baru kita mendatang.
Kebutuhan
Sehat itu merupakan kebutuhan. Inilah hal yang patut kita tanamkan dalam pribadi masing-masing. Tak memandang usia rentan maupun usia subur atau produktif. Semua orang butuh sehat. Dan sehat itu mahal, butuh proses. Bukan sesuatu yang  instan, cepat saji. Maka upaya pencegahan harus menjadi kebiasaan sebelum kita terlambat, yang akhirnya berobat atau mengobati.
Adaptasi Kebiasaan Baru pada dasarnya menuntut kita semua, siapa saja untuk bertransformasi pada gaya hidup bersih, sehat dan waspada.Â
Kebiasaan baik inilah yang sesungguhnya akan menghasilkan imunitas tubuh yang kebal terhadap berbagai virus dan penyakit. Semua harus disemai dan dipupuk dalam berbagai sendi kehidupan, tak pandang usia, maupun strata.
Kebutuhan akan sehat yang diterapkan dalam Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sesungguhnya tak hanya untuk melindungi diri pribadi, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita dan semua manusia di dunia ini. Maka upaya saling menegur, mengingatkan akan pentingnya gaya hidup sehat itu juga merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan.
Maka, untuk menyongsong adaptasi kebiasaan baru itu, marilah kita awali dari diri pribadi kita, keluarga kita, orang-orang disekitar kita untuk sadar diri akan arti penting protokoler kesehatan, di mana saja, kapan saja, dalam hal apa saja. Baik ada aturan atau tidak, terlepas ada sangsi maupun tidak. Semua harus didasari kesadaran dan kebutuhan diri akan arti pentingnya kesehatan. Kita pasti bisa, Indonesia Bangkit!.