Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Anakku Menangis, Rindukan Sholat Jumat di Masjid

24 April 2020   22:52 Diperbarui: 24 April 2020   23:03 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan kali ini benar-benar Ramadan yang memilukan. Tak hanya bagi orang dewasa, juga bagi anak-anak kita. Apalagi perihal adanya himbauan untuk tidak menyelenggarakan jamaah yang menghadirkan massa banyak, seperti sholat Jumat dan Taraweh. Jelas hal ini membuat rasa prihatin dan trenyuh tersendiri bagi orang tua. Tak terkecuali bagi anakku, Irsyad.

Ya, Muhammad Irsyad Mahbub. Begitulah nama lengkap anak pertamaku. Aku bersyukur di usianya yang baru menginjak 10 tahun, ia sudah nalar, baik dalam melaksanakan sholat lima waktu. Begitu juga dengan sholat Duha. Alhamdulillah, setiap hari ia tunaikan, meski hanya 2 rokaat tanpa perintahku.

Apalagi untuk sholat lima waktu. Tiap adzan berkumandang, ia pasti bergegas mengambil air wudhu dan menunaikan sholat, meski di rumah, sendirian. Ketika sedang di luar rumah, dan tibalah waktu sholat, ia pun pasti bertanya"Kita mau sholat dimana, Bah?". Sungguh anugerah yang tak terkira, dari-Mu Ya Rabb.

Siang tadi, hari Jum'at 24 April 2020, bertepatan dengan 1 Ramadhan 1441 H. Irsyad sudah terlihat rapi, hendak berangkat sholat Jum'at. Aku sudah berkata padanya.

"Mas, sementara...kamu sholat dzuhur saja di rumah, ini lagi ada Corona. Anak-anak nggak boleh ke Masjid dulu". Pintaku sebelum meninggalkannya ke masjid.

Ternyata benar, setelah aku sampai di Masjid, salah seorang pengurus masjid mengumumkan perihal protokoler pelaksanaan sholat Jumat di tengah pandemi Corona. Mestinya, masjid tak menyelenggarakan sholat Jumat.

Tapi karena desakan jamaah dan kesepakatan rapat pengurus masjid, akhirnya setelah 3 kali masjid kami tak menyelenggarakan sholat Jumat, kali ini Jumat 24 April 2020 bertepatan 1 Ramadan, Jumatan pun diadakan kembali. Tentunya dengan syarat dan ketentuan mengacu pada protokoler pencegahan Covid-19.

Yakni, Satu. Dimohon kesadarannya, bagi para pemudik atau perantau yang baru pulang, belum karantina mandiri selama 14 hari, dimohon tidak mengikuti Sholat Jumat di masjid, bisa menggantinya dengan sholat dzuhur di rumah.

Dua, bagi ODP/PDP atau yang sedang batuk, pilek, demam juga dimohon untuk tidak mengikuti jamaah Jumatan terlebih dahulu.

Tiga, anak-anak sementara waktu cukup sholat duhur di rumah saja.

Empat, semua jamaah wajib memakai masker. Lima, semua jamaah wajib lewat pintu utama masjid, cuci tangan pake sabun terlebih dahulu, dan disemprot handsanitizer serta diukur suhu badannya oleh petugas.Enam, semua jamaah diharap membawa sajadah atau alas sendiri-sendiri. Teknis shof berjamash akan dijaraki 1 meteran, zig-zag.

Anakku pun sontak murung, mendengar ketentuan jamaah sholat Jumat yang tidak membolehkan anak-anak berjamaah untuk sementara waktu. Ia pun terpaksa mengganti sholat Jumat dengan sholat dzuhur untuk yang ke empat kalinya. Padahal sungguh ia sudah sangat rindu untuk melaksanakan sholat Jumat. Apalagi, Jumat ini bertepatan dengan 1 Ramadhan.

Sore harinya, ia menyodorkan buku kegiatan Ramadan dari sekolahnya. Ia pun bertanya kepadaku. Mau diisi apa ini, tentang sholat Jumat di buku Ramadan? Jamaah, Munfarid atau Tidak? Aku pun bingung memberikan pemahaman baginya.

Maklum, ia tergolong anak yang cukup kritis. Alhamdulillah sedari kelas 1 sampe kelas 3 ini, selalu menempati perangkat pertama di kelasnya. Banyak pertanyaan-pertanyaan kritis keluar dari otak fikirannya. Cuma terkadang sifatnya yang melankolis sering membuat dirinya, ngambek atau sedih jika ada sesuatu hal yang tak bisa ia kerjakan. Termasuk ibadah sholat Jumat yang sudah berturut-turut ia ganti dengan sholat Dzuhur.

Sungguh aku tak tega, melihat tangis rindu anakku akan sholat Jumat di Mesjid. Harus kah kubiarkan ia menangis di Jumat berikutnya, atau aku bawa saja ia dengan penjagaan dan pengawasan yang ketat olehku.

Demi memuaskan kebutuhan rohaninya, yang begitu polos dan jujur dari dalam hatinya. Semoga pandemi Corona ini cepat berlalu, sehingga tak ada tangis anak merindukan Jumatan seperti ratap tangis anakku, Irsyad.

Imam Chumedi, KBC-028.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun