Oleh karena itu, tak ada salahnya bila petani bawang merah Brebes juga berbenah diri, mau belajar. Terutama mengenai lika-liku perdagangan. Bagaiman sistem stok barang yang berlaku di beberapa pasar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya. Mencermati kecenderungan harga yang berlaku di pasar itu juga penting.Â
Dengan mengetahui semua ini, tentu petani bisa sedini mungkin dalam merencanakan produksi bawang merah sampai ke pemasaran kepada konsumen, sehingga benar-benar menghasilkan hasil yang utuh.Â
Keberpihakan pemerintah daerah juga merupakan hal mutlak yang harus dilakukan terhadap kebijakan bawang merah Brebes. Seperti ketegasan dalam pembatasan bawang impor, pembatasan dan sanksi tegas terhadap penyalahgunaan area hijau. Adanya penetapan Brebes sebagai salah satu kawasan menuju kota Industri oleh pemerintah pusat, tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk tetap mengunggulkan bawang merah sebagai komoditas unggulan daerah Brebes.Â
Setidaknya inilah tantangan nyata terhadap masa depan bawang merah, yakni semakin sempitnya lahan untuk bercocok tanam bawang merah, serta semakin hilangnya tenaga cocok tanam bawang merah. Angkatan muda kini lebih banyak memilih menjadi buruh pabrik, ketimbang bertani bawang merah.
Penyuluhan pertanian juga tak bisa diabaikan begitu saja. Petani Brebes harus mau belajar dan faham akan komoditas unggulan yang dapat diterima di pasaran internasional.Â
Sebagaimana diketahui untuk dapat menembus pasar luar negeri, suatu produk harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain kulaitas dan tingkat ramah lingkungan.Â
Selama ini, harus diakui, masyarakat kita masih terbiasa dengan penggunaan obat-obatan pestisida yang berlebihan. Selain tak baik secara produk, juga menimbulkan kurang ramah lingkungan.Â
Ditambah lagi dengan pola tanam bawang merah yang tak beraturan, tak seperti dulu. Semisal, di bulan desember adalah waktu untuk mulai bertanam padi, tapi sekarang banyak juga yang ditanami bawang, begitu juga ketika musim kemarau melanda, yang seharusnya ditanami tanaman selingan lainnya seperti jagung, kedelai dan palawija lainnya, tetapi kini masih banyak petani bawang merah yang nekad menanam bawang merah, meski harus dengan merogoh kocek yang lebih dalam.
Tentu, bila hal diatas diupayakan dengan sebaik mungkin dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah, maka petani tak akan akan lagi menangis dan menjerit perihal fluktuasi harga bawang merah. Ekonomi masyarakat pun akan meningkat, dan tentunya bermuara pada kesejahteraan petani. Semoga.
Imam Chumedi, Kombes KBC-028