Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gara-Gara Secangkir Teh

25 April 2019   20:40 Diperbarui: 25 April 2019   21:28 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malamku begitu panas. Sepanas suhu pasca pemilu. Tapi kini menjadi adem. Gara-Gara se cangkir teh.

Secangkir teh melupakan kami akan 01 dan 02. Apalagi saat aku sruput teh buatannya. Ahh..., pas rasanya, pas banget buketnya. Sebuket persaudaraan kami sebelum pemilu.

Gara-gara se cangkir teh, bertamu jadi tak ingat waktu. Gara-gara secangkir teh, mertua-menantu rukun tak berseteru. Gara-gara secangkir teh, anak-cucu bisa ketemu.

Oh, se cangkir teh. Kau lambang keikhlasan, kebaktian seorang istri pada suami. Secangkir teh, lambang penghormatan, lambang persahabatan, juga simbol keakraban.

Gara-gara secangkir teh, sejenak problema hidup larut bagai gula dengan teh. Serasa nikmat. Tak lagi kupermasalahkan, mana manisnya gula dan mana pahitnya teh yang sesungguhnya. 

Semua itu, gara-gara secangkir teh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun