Karya, Wong Desa
Fajar datang bertandang. Secercah cahaya membentang di ufuk timur cakrawala, mengusir kesunyian yang menyelimuti bumi.
Lolongan srigala kelaparan itu, selalu menawarkan rasa ketakutan dalam hening mencekam, sebelum ahirnya lenyap terusir kokokan ayam jantan yang saling bersahutan.
Sejenak alam menjadi hening dalam diam. Seolah memberi celah pada lantunan suara adzan shubuh  untuk mendendang. Membangunkan jiwa-jiwa yang sedang terlena. Dalam buaian mimpi-mimpi indah yang melenakan.
Nadanya begitu merdu mendayu. Syairnya begitu indah penuh pesona. Namun, mengapa masih banyak pula hati yang luput dari sentuhan makna? Terbuai nikmat dunia yang sebenarnya hanyalah fana belaka.
Duhai, jiwa yang terlena oleh mimpi ilusi. Tidakkah bisa kau rasa akan kemuliaan shubuh yang syahdu? Tidakkah kau ingin menenggelam diri dalam samudra cinta-Nya yang selalu abadi?
Bangkit dan sadarilah!
Betapa bangun untuk melakukan shalat, itu lebih mulia daripada tidur berkawan mimpi.
***
Koirul Anam
Serutim Kobi  20 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H