Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... -

Penulis dan Motivator Pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Program yang Ditawarkan Gerakan #koinsastra

22 Maret 2011   17:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang bisa dilakukan jika gerakan hanya mengumpulkan recehan belaka?

Seperti telah saya tuturkan di hashtag #koinsastra, gerakan pengumpulan koin hanyalah simbol belaka. Ada hajat lain yang hendak disalurkan, di antaranya bagaimana merancang kegiatan yang semua anak bangsa atau komponen bangsa bisa ikut memberikan andil. Sebagai simbol, tentu saja jika ada pihak yang berkenan menyumbangkan Rp 100.000,- misalnya, tetap bisa disalurkan. Begitupun dengan rakyat jelata yang hanya punya Rp 500,- atau Rp 1.000,- tetap bisa ikut berpartisipasi. Jadi, konsepnya bukanlah uangnya, melainkan bagaimana gerakan ini bisa menjadi perwujudan kecintaan anak bangsa terhadap kelestarian dan keberlangsungan peradaban bangsa.

Bagaimana jika Pemerintah atau unsur terkait merasa tersindir atau dipermalukan?

Loh, kok menyerempet Pemerintah? Hahaha. Alangkah naif jika Pemerintah tersinggung karena gerakan ini. Kenapa? #koinsastra adalah penyaluran cinta rakyat. Apa bisa cinta yang hendak disalurkan itu dipampatkan? Nah, Pemerintah malah patut merayakan keberadaan Gerakan #koinsastra ini karena rakyat bergerak aktif dalam kampanye "mencerdaskan kehidupan bangsa" dan "menyelamatkan aset bangsa". Artinya, wilayah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bersama telah berjalan dengan baik. Jadi, aneh saja jika Pemerintah kebakaran jenggot (membayangkan Pemerintah punya jenggot!).

Gerakan #koinsastra semata gerakan sporadis dalam waktu terbatas. Percuma, kan?

Tak ada cinta yang percuma. Gerakan #koinsastra tidak dirancang untuk tempo 1 atau 2 tahun saja. Kita membayangkan generasi 100 tahun ke depan. Bayangkan jika dokumen penting--semisal surat-surat para sastrawan--musnah saat ini, apa yang bisa diteliti, dibanggakan, dan disikapi oleh generasi nanti? Melalui gerakan ini, kita menawarkan program pemeliharaan dan pemutakhiran data. Dengan demikian, harapan kita, PDS HB Jassin selalu bernyawa dan bertumbuh.

Berapa lama jangka gerakan ini digalakkan dan berapa target yang hendak dicapai?

Ini salah satu keterbatasan ruang pikir kita. Sekali lagi, bukan seberapa banyak uang dikumpulkan, melainkan seberapa besar cinta dinyatakan. Logikanya, pemeliharaan dokumen bukanlah pekerjaan ringan yang semudah mematangkan makanan cepat saji. Pemeliharaan dokumen butuh banyak biaya dan tenaga yang ahli. Begitupun dengan fasilitas sarana yang lebih kondusif dan memadai, yang nyaman bagi pengunjung dan aman bagi laku pendokumentasian. Jadi, waktu dan jumlah hanyalah perantara, tujuan utamanya adalah memberikan wahana bagi seluruh komponen bangsa untuk membuktikan dan menyatakan cintanya.

Bagaimana dengan keberadaan lembaga atau organisasi tertentu?

Kami bersyukur jika geliat #koinsastra ini menginspirasi banyak pihak, baik perseorangan maupun kelembagaan. Tapi kami menolak keras upaya politisasi gerakan ini, atau memanfaatkan peristiwa ini semata untuk mendongkrak kepopuleran atau politik pencitraan. Jadikanlah PDS HB Jassin tetap sebagai milik seluruh komponen bangsa, jangan disekat dengan warna atau kepentingan yang sarat aroma politik.

Apa saja program yang ditawarkan oleh Gerakan #koinsastra?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun