Dan, sekali lagi, saya tidak semata menguarkan kritik. Saya pun telah mengajukan saran. Entah apakah kelak saran itu tersampaikan kepada Pak Tiffatul atau tidak, biarlah "sesuatu di laur saya" yang bekerja. Saya juga tiidak semata berkomentar di status, tetapi juga dalam banyak dialog atau diskusi yang saya ikuti. Nah, sebagai pengingat semata, "saran" saya--yang sebenarnya juga disuarakan banyak tokoh pluralis--agar Pak Tiffatul berbesar hati untuk meminta maaf atas pernyataannya itu di media yang kuat pengaruhnya bagi seluruh lapisan masyarakat. Sebut misalnya televisi atau media cetak.
Pada Akhirnya...
Memang tidaklah mudah, karena "meminta maaf" itu membutuhkan "kebesaran jiwa". Tetapi, sebagai seorang tokoh publik, saya berharap (ini saran juga!) agar Pak Tiffatul mau berbesar jiwa. Nah...
Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H