Jalanan yang berlubang dan berombak membuat jalur antara salutambung ke Desa Taukong hanya dapat di akses dengan Kendaraan Roda 2 atau dengan Hartop. Â Jalan ini merupakan satu-satunya akses menuju Desa Taukong dari jalan Poros Sulawesi.
Ada beberapa wilayah desa yang dilewati ketika menuju Kabiraan, di wilayah Jalur Utama Jalan Sulawesi merupakan wilayah desa Salutambung, menanjak ke atas sudah wilayah desa Sambabo, dan menanjak lagi sudah wilayah desa Kabiraan. Desa Kabiraan terletak 8 km dari Jalan Raya Poros.
Perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih 35 Km ini memakan waktu sekitar 2.5 -- 3 jam untuk sampai di Desa yang termasuk padat di sudut wilayah Majene.
Dengan menggunakan hartop tua, pemandangan hijaunya gunung dan dalamnya lembah menjadi teman setia menemani kami, Relawan 1000 Guru Sulbar yang tergabung dalam kegiatan Traveling and Teaching ke 9 1000 Guru Sulbar di Wilayah provinsi Sulawesi Barat.
Batu cadas yang tajam dan keras memberikan kesulitan khususnya bagi pengendara motor untuk melalui jalan ini. Tidak direkomendasikan bagi pengendara motor Matic melewati jalur ini. Beberapa pengendara motor kadang berhenti di tengah jalan disebabkan kondisi motor yang rusak atau sekedar melepas lelah.
Setelah melalui Kabiraan kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Taukon. 4 Mobil hartop beriringan secara teratur melaju dengan kecepatan sedan, setelah melewati desa Kabiraan. Ada beberapa Km jalan yang telah di beton. Hal ini memudahkan bagi Driver Hartop untuk sedikit menambah pedal Gas.
Setalah melewati jalan mulus kembali mendapatkan jalan yang sangat parah. Bebatuan dan lubang bekas ban mobil membuat Jalanan ini semakin sulit untuk di lewati. Namun semuanya di terjang oleh mobil Hartop. Beberapa kali Mobil harus maju mundur karena tidak dapat menaklukkan kerasnya lubang dan tanjakan yang bersamaan. Akhirnya setelah mencoba sekitar 10 menit semua Hartop sampai di atas puncak setelah "lulus" melewati jalur yang penulis anggap paling parah dibandingkan jalan sebelumnya.
Perjalanan pun kami lanjutkan dan tiba di desa Taukong, Desa yang cukup ramai. Para relawan yang terdiri atas 39 orang rehat selama kurang lebih 45 menit di desa ini. Sholat Magrib berjamaah dan makan makanan ringan sambil bercerita lepas tentang pengalaman di jalanan.
Tidak ada rasa capek yang kami lihat di mata teman- teman relawan. Mereka sangat bersemangat dan penuh gairah. Jalan yang berlubang, berliku dan sulit tidaklah membuat anak -- anak muda yang telah memilih untuk berkontribusi dalam TNT 1000 guru Sulbar ini merasa lelah dan Penat.
Pukul 19.20 kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Panggalo, lokasi SD 17 Kolehalang berada. Sekitar 30 menit perjalanan antara Desa Taukon dengan desa Panggalo melalui Jalanan yang sepi dan sempit. Terdapat satu sungai yang melintas antara Desa ini. Menurut keterangan Driver Hartop, jika hujan turun maka hartop hanya sampai di bibir sungai saja. Memang terdapat jembatan gantung yang hanya bisa dilewati oleh Pengendara Motor dan Pejalan kaki.
Hampir mendekati pukul 20.00 akhirnya kami tiba di lokasi TNT. Kondisi sekolah yang gelap, dikarenakan tidak terdapat penerangan yang cukup memadai. Desa panggalo memiliki penerangan dengan di suplay oleh Kincir yang tergantung kepada besarya Debit sungai.
Kondisi jalan yang hancur menuju kecamatan ulumanda, menyisakan pertanyaan bagi penulis bahwa ternyata Masyarakat Ulumanda belum merdeka dari penjajah yang bernama "Jalanan".
Penulis adalah anggota FLP Ranting Unhas -- Relawan TNT9 1000 Guru Sulbar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H