Jika ini suratan, tentang ketidakberdayaanku yang ingin hidup bersamamu,
aku 'iya' saja.
Apalah arti bersama dengan ngeyel tanpa menyadari batas-batas kita.
Jika ini takdir besar kita, maka bolehlah aku memilih berjalan mengiringinya.
Bukan menyerah,
Aku hanya melepasmu, memeluk erat takdir Tuhan.
Apakah pilihan terbaik selain menjodohkan takdir dengan ketidakpuasan hati?
Inilah kenyataan, menerimanya adalah keniscayaan.
Pelan-pelan berpisah dengan suka-dukamu
Menyapa dan memanggil namamu dalam munajatku
Takdir bisa menjeda, memisahkan ego kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!