Mohon tunggu...
Muhammad Khozin
Muhammad Khozin Mohon Tunggu... Relawan - seorang anak laki-laki

Tanganku mengetik karena hatiku tak pandai memendam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Takdir

8 Mei 2019   13:46 Diperbarui: 8 Mei 2019   13:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ini suratan, tentang ketidakberdayaanku yang ingin hidup bersamamu,

aku 'iya' saja.

Apalah arti bersama dengan ngeyel tanpa menyadari batas-batas kita.

Jika ini takdir besar kita, maka bolehlah aku memilih berjalan mengiringinya.

Bukan menyerah,

Aku hanya melepasmu, memeluk erat takdir Tuhan.

Apakah pilihan terbaik selain menjodohkan takdir dengan ketidakpuasan hati?

Inilah kenyataan, menerimanya adalah keniscayaan.

Pelan-pelan berpisah dengan suka-dukamu

Menyapa dan memanggil namamu dalam munajatku

Takdir bisa menjeda, memisahkan ego kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun