Mohon tunggu...
Khotim Khotim
Khotim Khotim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prod

Bio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini: Peradaban Islam merupakan Peradaban Ilmu Pengetahuan

29 Maret 2022   09:15 Diperbarui: 29 Maret 2022   09:18 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

OPINI: PERADABAN ISLAM MERUPAKAN PERADABAN ILMU PENGETAHUAN

Oleh:
Khotimatul Khusna
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Biologi

Berbicara mengenai peradaban Islam tentunya tidak terlepas dari kata sejarah. Sejarah berarti peristiwa yang terjadi di masa lampau atau masa yang telah lewat. Kemajuan peradaban saat ini sangat berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Bagaimana peradaban dunia secara inheren berkembang dan maju dengan pesatnya merupakan suatu pembahasan kompleks yang tak akan ada habisnya, sebab pembahasan peradaban Islam masih berangkaian dengan pembahasan peradaban Yunani dan peradaban Barat.

Perlu kita ketahui bahwasanya kemajuan peradaban-peradaban sekarang ini - terutama peradaban Barat - terinspirasi dari peradaban Islam. Islam memiliki khazanah ilmu pengetahuan yang luar biasa sehingga Islam dapat mencapai masa keemasannya ketika bangsa Barat berada dalam masa kegelapan. Islam banyak menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang luar biasa dalam berbagai bidang seperti fiqih, nahwu, medis, sains, dll. Jika kita renungkan, tentunya kita akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa kita sebagai umat muslim lebih mempelajari peradaban Barat dan mengabaikan peradaban Islam itu sendiri, padahal peradaban Islam yang menginspirasi peradaban bangsa Barat? Hal inilah yang perlu kita benahi di mana kita tidak boleh mengabaikan peradaban Islam.

Mempelajari peradaban Islam tentunya dimulai dari masa sebelum Islam itu lahir, yakni masa yang disebut zaman Jahiliah atau zaman kebodohan. Di kenal zaman Jahiliah karena pada masa itu bangsa Arab hidup dalam kegamangan, hidup dalam kesesatan berakidah dan berakhlak. Kebodohan yang dimaksud adalah bukan kebodohan tidak bisa membaca dan menulis, tetapi kebodohan dalam hal moral dan aqidah. Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang pandai dalam bersyair, namun karena banyak melakukan peperangan antar suku, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, dll., menyebabkan peradaban bangsa Arab itu statis. 

Kemudian Islam hadir di tengah-tengah masyarakat Arab denganmembawa konsep baru, pengetahuan baru, dan semangat baru. Islam mengajarkan persatuan dan kesatuan, menghindari permusuhan, serta membangun masyarakat yang berkeadilan. Hal ini menyebabkan peradaban dan kebudayaan bangsa Arab dapat maju dan berkembang. Dalam perkembangannya, bangsa Arab Islam mampu membangun peradaban dan kebudayaan yang kuat dan hebat serta dapat mencapai masa kejayaan yang berabad-abad lamanya. Nabi Muhammad Saw. diutus oleh Allah untuk membenahi kehidupan masyarakat Arab dengan mengajarkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alaamiin.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa bangsa Arab pra-Islam pandai bersyair. Itu artinya ilmu pengetahuan sudah berkembang bahkan sebelum Islam lahir. Memang tidak dijelaskan secara gamblang mengenai ilmu pengetahuan yang berkembang. Namun, apabila dianalisis lebih mendalam, terdapat ilmu-ilmu yang berkembang, antara lain ilmu meteorologi dan geofisika, ilmu pengobatan, dan ilmu astronomi sebelum Islam lahir serta ilmu baca tulis, ilmu tauhid, ilmu sosial, ilmu kenegaraan dan pemerintahan, ilmu jual beli, dan ilmu waris dan perkawinan yang berkembang pada masa kenabian Muhammad Saw.

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti sampai masa kenabian atau setelah Rasulullah wafat saja. Pada masa Khulafaur Rasyidin, ilmu pengetahuan tetap berkembang. Ekspansi Islam ke berbagai wilayah yang dilakukan oleh para Khulafaur Rasyidin guna memperluas Islam juga dibarengi dengan peningkatan ilmu pengetahuan. Dibentuk majelis-majelis ilmu untuk mengajarkan baca-tulis, pendidikan ibadah, akhlak, dan tauhid, serta pengahafalan al Qur'an. Selain ilmu naqliyah, ada pula aqliyah yang muncul pada masa ini, yaitu ilmu tata bahasa atau nahwu pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Salah satu sebab meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan masa Khulafaur Rasyidin adalah adanya kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan oleh para pemimpin. 

Pembelajaran bahasa asing pada Khalifah Abu Bakar ditekuni untuk perbekalan umat muslim dalam menjalin hubungan internasional dengan bangsa lain. Kemudian tindakan pembukuan Al-Qur'an pada masa tersebut dilakukan karena kekhawatiran Abu Bakar atas berkurangnya jumlah penghafal Al-Qur'an sebab gugur dalam peperangan. Munculnya ilmu qiraat disebabkan kekhawatiran Khalifah Umar bin Khattab terhadap perbedaan dialek dalam setiap wilayah mengingat tulisan Arab kala itu belum memiliki harokat dan syakal. Displin ilmu lain juga adalah ilmu bela diri, memanah, berkuda, dan berenang. Problematika perbedaan cara membaca Al-Qur'an menjadikan Khalifah Usman bin Affan melakukan kodifikasi Al-Qur'an sebagai bentuk pedoman standar mengenai penulisan dan susunan Al-Qur'an.

Setelah masa Khulafaur Rasyidin selesai, perkembangan ilmu pengetahuan masih berlanjut pada masa dinasti-dinasti. Dimulai dari Dinasti Umayyah, ilmu pengetahuan yang berkembang antara lain adalah ilmu Al-Qur'an dan hadis, ilmu nahwu, filsafat, tarikh dan geografi. Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dilakukan pengumpulan/pembukuan hadis secara resmi sehingga hadis mengalami perkembangan pesat. Kemudian perkembangan bahasa maju dengan pesat pada masa pemerintahan Khalid bin Yazid terdapat usaha penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa asing ke bahasa Arab. 

Kebudayaan Arab berkembang dengan determinasi yang dilakukan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dengan perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke bahasa Arab, membuat masyarakat semakin menaruh perhatian terhadap bahasa Arab. Banyak muncul penyair-penyair Arab seperti Qays bin Al-Mulawwah, Jamil Al-Udhri, dan Umar bin Abi Rabiah. Dalam bidang ilmu nahwu ada Abu al-Aswad al-Du'ali yang merupakan sosok yang memberikan titik pada huruf-huruf hijaiyah. Bukan hanya itu, perhatian dalam bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam juga hadir pada masa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun