Sejak lahir kita diajarkan berkomunikasi melalui bahasa lisan yakni dengan berbicara, namun setelah beranjak usia, kita diajarkan cara lain untuk berkomunikasi yakni dengan menulis. Berbicara dan menulis adalah sama sekaligus berbeda. Keduanya membantu mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan orang lain, tapi berbicara lebih purba daripada menulis.
Kemampuan berbicara adalah naluri manusia yang terhubung dari otak kita melalui evolusi selama ribuan tahun. Namun, menulis adalah akuisisi budaya baru-baru ini. Bahasa lisan berkembang lebih dari 100.000 tahun yang lalu, sedangkan menulis berkembang kurang dari 6.000 tahun yang lalu.
Menulis, Mengungkap Kebenaran Yang Tersembunyi
Dikutip dari Buku Nawal El Saadawi yang berjudul melawan sistem perbudakan, ia mengatakan bahawa menulis adalah kegiatan budaya manusia untuk mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi, diri sejati yang tersembunyi dan bahasa yang tersembunyi. Menulis memperlambat kita, membuat kita berpikir dan berpikir lagi, merenungkan, dan menghubungkan berbagai ide yang masih terpisah-pisah.
Saat kita menulis, kita tidak diam. Di dalam hati, kita membaca apa yang kita tulis. Membaca dalam hati adalah penemuan relatif baru, menulis adalah bahasa kedua yang harus dipelajari. Ia bisa menjadi bahasa visual dan bahasa isyarat. Dengan menulis kita mengungkap kebenaran yang ada di setiap benak pemikiran, berupa penemuan-penemuan ilmiah dan filosofis, bahkan pembaca akan menemukan kebenaran lain yang tersembunyi dari tulisan kita.
Pensil Pendek yang Memberi Manfaat
Saya teringat dengan istilah "Pensil yang pendek lebih berguna ketimbang memori yang panjang", yang berarti bahwa meskipun pensil itu pendek namun jika digunakan untuk menulis, menyampaikan pesan baik kepada orang banyak akan lebih memberikan banyak manfaat ketimbang memori yang panjang namun hanya disimpan untuk diri sendiri.
Begitupun menurut Nietzsche, tokoh filosof asal Jerman mengatakan bahwa setiap penulis ia tidak puas dengan realitas, karena ia tidak puas dengan realitas ia berusaha mengubah realitas dengan tulisannya. Menjadikannya lebih tertahankan, lebih diterima dan membuat lebih memuaskan baginya, dan mungkin bagi orang lain.
Penyampaian pengetahuan secara lisan hanya ditangkap oleh beberapa orang yang saat itu mendengarkan saja, terkadang yang mendengarkan pun hanya beberapa persen yang ditangkap, jika pendengar itu tidak menuliskan penyampaian itu, bahkan apa yang baru saja didengar bisa dengan mudah terlupakan. Berbeda dengan pengetahuan yang disampaikan melalui tulisan, akan lebih lama bertahan dan bisa dibaca oleh ribuan bahkan jutaan orang.
Menulis Adalah Sebagian Dari Refleksi
Menulis adalah sarana untuk merefleksi diri, dengan menulis kita bisa menyelami hati dan pikiran kita sedalam-dalamnya kita pada tingkat menemukan diri yang sejati. Para penulis mengungkap diri mereka yang sejati yang diaktualisasikan dalam sebuah tulisan.Â
Merefleksikan diri dengan sebuah tulisan juga akan mampu menunjukkan cara mereka memandang dan menilai diri sendiri tanpa terpengaruh oleh pandangan orang lain. Sampai pada titik ini, mereka diharapkan semakin mempunyai konsep diri yang positif, semakin mampu bersyukur atas anugerah Tuhan yang dimiliki serta semakin antusias untuk merintis dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Dengan Menulis, Kita Abadi
Mengutip dari perkataan Pram bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Pramoedya Ananta Toer adalah tokoh sastra yang cukup terkenal dengan karya-karyanya yang legendaris, salah satunya ialah Novel Bumi Manusia. Meskipun beliau telah wafat 16 Tahun silam namun karya-karyanya masih banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia, karena semasa hidupnya beliau aktif menulis dan telah melahirkan 50 karya dan diterjemahkan lebih dari 42 bahasa asing.
Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu cerminan bagaimana namanya terkenang dalam sejarah karena ia menulis. Nama, karya, dan pesannya abadi dalam kata, tak lekang terhapus zaman. Penyampaian pengetahuan melalui tulisan dan dibukukan, akan bisa bertahan lama bahkan hingga ribuan tahun karena ilmu pengetahuan sifatnya dinamis akan dibutuhkan untuk setiap zaman.
Melanjutkan kutipan beliau dalam bukunya Anak Semua Bangsa "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H