Mohon tunggu...
Ahmad KhosibyZida
Ahmad KhosibyZida Mohon Tunggu... Lainnya - 19.96.1263

belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Efektifkah Kampanye Nikah Muda di Media Sosial?

14 April 2021   00:06 Diperbarui: 14 April 2021   00:41 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara banyaknya isu di Indonesia, nikah muda adalah salah satunya. Banyak postingan di media sosial yang bilang banyak hal tentang menikah muda, kenapa itu adalah pilihan yang sangat baik,

Pada riset United Nations Childrens Fund (UNICEF) mencatat, satu dari enam anak perempuan di Indonesia menikah sebelum usia 18 tahun. Angkanya 340.000 anak per tahun. Adapun yang dibawah 15 tahun mencapai 50.000 anak per tahun. Maka tak heran, apabila United National Development Economic and Social Affair (UNDESA), menempatkan Indonesia pada peringkat ke-37 dunia dan peringkat ke-2 se-ASEAN sebagai salah satu negara dengan angka pernikahan usia dini yang tinggi Pemerintah di seluruh dunia sudah bersepakat menghapus perkawinan anak pada 2030

Ada banyak orang di luar sana yang berusaha keras untuk menahan diri dari pacaran karena keinginan menikah belum mungkin terpenuhi dalam waktu dekat. Masalah ekonomi keluarga misalnya. Dan ada banyak hal lainnya yang membuat seseorang tidak terpikir untuk menikah pada usia muda.

Saat ini remaja dihadapkan pada problematika banyaknya remaja yang ingin membina rumah tangga dengan melakukan pernikahan muda. Menurut Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1) Batasan usia menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan pada laki-laki adalah 19 tahun.

Setiap kejadian pasti memiliki dampak terhadap sesuatu, baik postif maupun negativ, begitu juga dengan terjadinya pernikahan muda, akan memiliki dampak secara langsung terhadap pelakunya.

Pernikahan muda di beberapa Negara dianggap sebagai alternativ penyelesaian masalah ekonomi keluarga. Keluarga miskin dianggap dapat terbantu saat anak perempuan mereka menikah muda, sehingga dapat membatu meringankan beban keluarga.

Media sosial, sebagai bentuk media massa kontemporer saat ini, telah berperan menciptakan sebuah Gerakan. Hadirnya akun-akun khusus di media sosial  yang memiliki fokus terhadap pernikahan ternyata ramai diperbincangkan oleh banyak remaja. Hal ini terlihat dari jumlah follower yang mencapai ribuan orang. Akun tersebut biasanya dimiliki individual atau anonim. Penyebaran Gerakan pernikahan ini kebanyakan disimbolkan lewat meme dan quote.

Selebgram juga mempunyai peranan penting terhadap nikah muda, ajakannya berupa upload foto kemesraannya setelah pernikahan. Ini memberikan efek terhadap kaum remaja. Seperti unggahan foto Rey Mbayang dan Dinda Hauw yang sempat ramai  dibicarkan, banyak remaja-remaja yang ke doktrin  jadi ingin cepat-cepat menikah. Nikah muda tentunya adalah pilihan terbaik, tapi jika nikah muda tanpa memperhatikan situasi dan kondisi akan mengakibatkan efek yang lebih seirus lagi kedepannya.

Pada 2016, kita digemparkan dengan pemberitaan di media tentang pernikahan putra sulung dari Alm. Ustadz Arifin Ilham (Alvin) yang berusia sangat muda. Dokumentasi pernikahan Alvin dan pasangannya tersiar di berbagai media terutama televisi dan media sosial. 

Di dalam akun Instagram-nya Alvin bahkan turut membagikan ekspresi kebahagiannya lewat beberapa foto saat prosesi pernikahan berlangsung. Tidak lupa, ia menambahkan keterangan hashtag #nikahmuda pada captionnya. Tindakan Alvin ini memicu sentimen dari nitizen yang masih menanti pasangan/belum menikah. Kebanyakan nitizen memaknai hal iini sebagai tujuan tertinggi dalam sebuah hubungan.

Ketika isu pernikahan ditampilkan di media sosial, teknik pendekatan edukatif mengenai wacana pernikahan yang dapat dilakukan menjadi terbatas dan cenderung bias. Nilai pernikahan menjadi sesuatu yang dirayakan tanpa adanya landasan atau pemaknaan yang mendalam. Dengan demikian pernikahan dianggap sepele dan segampang aktivitas harian seperti bersepeda, berjalan-jalan di taman dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun